Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Bisnis Internasional merencanakan melantai di bursa (initial public offering/IPO) pada akhir tahun ini. Perseroan akan mengunakan dana yang terkumpul untuk mempercepat transmisi fungsi intermediasi.
Direktur Bank Bisnis Arief Tjahjono menuturkan, perseroan tengah melakukan pembahasan intensif mengenai rencana aksi korporasi tersebut. Perseroan berharap upaya ini akan membantu meningkatkan fungsi intermediasi yang beberapa tahun terakhir ini cukup fokus pada sektor properti.
“Besaran IPO tengah kami bahas, tetapi akan kami lakukan akhir tahun ini. Kami ingin mendorong bisnis sektor ekonomi properti, dan juga kredit pemilikan rumahnya,” katanya kepada Bisnis , akhir pekan lalu.
Adapun, dia memaparkan kinerja perseroan pada semester pertama tahun ini cukup terjaga, baik dalam hal penyaluran kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
Berdasarkan laporan publikasi Bank Bisnis, penyaluran kredit pada semester pertama tahun ini tercatat Rp513 miliar, atau turun 5,35 persen dari periode sama tahun lalu. Total DPK tercatat Rp432 miliar, turun 2,70 persen dari semester pertama 2018.
Meski demikian, Arief mengakui perseroan tengah menghadapi penurunan kualitas kredit. Rasio non-performing loan (NPL) gross pada paruh pertama tahun ini tercatat 4,25 persen, meningkat 339 basis poin dari periode sama tahun lalu.
Kondisi ini, mengharuskan perseroan meningkatkan cadangan kerugian kredit hingga Rp4,69 miliar, meningkat 27,45 persen dari periode sama tahun lalu Rp3,68 miliar.
Per 30 Juni 2019, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp202,34 miliar pada semester I/2019, turun 10,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp224,9 miliar.
Pemegang saham Bank Bisnis Internasional antara lain, PT Sun Land Investama 35,60 persen, PT. Sun Antarnusa Invesment 10,44 persen, dan Sundjono Suriadi 53,96 persen. Adapun, PT. Sun Land Investama dan PT. Sun Antarnusa Invesment dikendalikan oleh Keluarga Sundjono Suriadi, melalui PT. Sunindo Investama 100 persen.