Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Sejumlah Multifinance Masih Merah

Kinerja setengah dari 16 emiten multifinance masih menunjukkan rapor merah. Namun, masih banyak perusahaan yang mencatatkan kinerja positif.
Ilustrasi leasing kendaraan bermotor/www.raceworld.tv
Ilustrasi leasing kendaraan bermotor/www.raceworld.tv

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja setengah dari 16 emiten multifinance masih menunjukkan rapor merah. Namun, masih banyak perusahaan yang mencatatkan kinerja positif.

Dari 16 emiten pembiayaan yang direkap Bisnis, separuh masih mencatatkan laba negatif. Sebanyak 3 perusahaan tumbuh di level satu digit, sedangkan sisanya membukukan  pertumbuhan positif. (lihat tabel)

Kinerja Sejumlah Multifinance Masih Merah

Corporate Secretary PT Buana Finance Tbk. Ahmad Khaetami mengatakan bahwa terdapat kenaikan pendapatan menjadi senilai Rp616,76 miliar pada Januari-September 2019, tumbuh sebesar 13,33% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu senilai Rp544,20 miliar.

Hal itu juga terlihat dari booking baru pada Buana Finance yang mencapai Rp2,2 triliun hingga September 2019, tumbuh 5%--8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun total kendaraan yang dibiayai mencapai 11.389 unit kendaraan.

“Pembiayaan baik CF [consumer finance] maupun FL [financial lease] meningkat. Pembiayaan CF meningkat pada Juni 2018 -- Juni 2019 menjadi 1.300 unit per bulan, yang sebelumnya di bawah itu, serta peningkatan pembiayaan FL,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (31/10/2019).

Pembiayaan Buana Finance masih didominasi oleh kendaraan bermotor dengan kontribusi hampir 70% (Rp1,5 triliun) dan sisanya adalah alat berat 30% (Rp700 miliar sebanyak 436 unit).

Kendati pendapatan tumbuh, laba perseroan agak menyusut disebabkan oleh rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) masih tinggi sekitar 88%.

Selain itu, pencadangan estimasi piutang tak tertagih (undoubtful allowances) juga masih cukup tinggi. Hingga September 2019, rasio non-performing financing (NPF) Buana Finance tercatat mencapai 2,2%.

Di tengah kondisi penjualan otomotif yang lesu, perseroan masih optimistis dapat merealisasikan target senilai Rp3,2 triliun.

“Kami terus meningkatkan produktivitas dan kerja sama dengan pihak supplier dan perbaikan service level. Kami akan meningkatkan produktivitas kerja dan strategi kerja yang lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan SDM [sumberdaya manusia], pengelolaan risiko pembiayaan yang lebih terukur,” tuturnya.

Sementara itu, PT BFI Finance Tbk. (BFIN) mencatatkan penurunan laba tipis sekitar 0,27% menjadi Rp1,09 triliun per September 2019, dibandingkan dengan September 2018.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2019, perseroan membukukan piutang pembiayaan senilai Rp3,68 triliun, tumbuh 1,02% secara tahunan. Adapun total pendapatan perusahaan mencapai Rp3,83 triliun, meningkat 2,98% dibandingkan degan periode yang sama pada tahun lalu Rp3,72 triliun.

Dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, pekan lalu, Direktur Keuangan dan Corporate Secretary BFI Finance Sudjono mengungkapkan pergerakan positif ini cukup melegakan bagi perusahaan mengingat pertumbuhan industri pembiayaan hanya naik sekitar 3% pada kuartal III/2019 atau di bawah proyeksi awal sebesar 6%.

“Tren penurunan ini sudah terasa sejak tahun lalu. Namun kami berhasil menjaga pendapatan Perusahaan tetap tumbuh. Salah satunya, kami berhasil menekan cost of credit [biaya kredit] menjadi 1,83%,” ujarnya.

Aset perusahaan tercatat Rp18,69 triliun per September 2019, turun 2,25% dibandingkan dengan Desember 2018 senilai Rp19,12 triliun

BFIN mencatatkan pembiayaan baru, khususnya pada kuartal III/2019 (Juli -- September 2019) menjadi Rp4,18 triliun, tumbuh 10,7% dibandingkan dengan kuartal II/2019 (April -- Juni 2019) senilai Rp3,78 triliun.

Saat ini, porsi pembiayaan BFIN didominasi oleh pembiayaan mobil sebesar 67%. Adapun sisanya motor sebesar 17%, alat berat dan mesin 14%, dan sebagian kecil untuk pembiayaan properti, syariah, dan lainnya.

“BFI Finance juga berhasil menekan NPF dari sebelumnya 1,43% pada akhir Juni 2019, menjadi 1,06% pada akhir September 2019,” tambah Sudjono.

Sementara itu, laba bersih perusahaan turun tipis sebesar 0,27% menjadi Rp1,09 triliun hingga kuartal III/2019.

Guna meningkatkan pembiayaan pada akhir tahun ini, BFI Finance telah menambah jumlah jaringan kantor dari sebelumnya 389 outlet pada tahun lalu, menjadi 401 outlet. Dari total outlet tersebut, 45 di antaranya melayani pembiayaan syariah.

Pada rapat umum pemegang saham luar biasa PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk., (Adira Finance) pekan lalu, manajemen menyampaikan bahwa segmen mobil turun sebesar 6% menjadi Rp11,6 triliun, tetapi dikompensasi dari kenaikan segmen sepeda motor sebesar 6% menjadi Rp14,8 triliun.

Dengan demikian, pembiayaan perseroan stagnan pada kuartal III/2019 menjadi Rp28 triliun.

Hal itu tercermin pada laba perseroan dengan kode emiten ADMF ini menjadi Rp1,42 triliun per September 2019, naik 4,96% dibandingkan dengan September 2018 senilai Rp1,35 triliun.

Adira Finance memprediksi pertumbuhan pembiayaan sampai akhir tahun minimal akan flat, seiring dengan kondisi penjualan otomotif yang tengah lesu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper