Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan mengantisipasi kenaikan risiko kredit (loan at risk/LaR) akibat wabah virus corona.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Herry Sidharta mengatakan wabah virus Corona dalam jangka pendek akan berpengaruh pada sektor pariwisata Indonesia. Turis dari China merupakan salah satu kontributor wisatawan mancanegara ke Tanah Air.
"Kami tetap yakin [risiko terjaga], terlebih karena langkah-langkah preventif yang sudah dilakukan oleh para pihak terkait guna memerangi wabah virus Corona," katanya kepada Bisnis, Selasa (11/2/2020).
Herry menyampaikan, perseroan terus memonitor perkembangan dampak wabah dari Virus Corona pada bisnis kredit di BNI. Termasuk mengambil langkah corrective action bersama-sama dengan debitur sebagai mitigasi risiko.
"Di sisi lain, Kementerian Pariwisata juga terus mendorong peningkatan jumlah turis domestik serta bersama-sama dengan Kementerian Perhubungan berusaha mengantisipasi penurunan kunjungan turis asing dari China dengan menambah frekuensi atau tambahan rute dari luar negeri non China ke Indonesia [sehingga harapannya tidak berdampak pada penurunan kinerja]," tuturnya.
Kucuran kredit dari BNI pada sektor pariwisata melingkupi akomodasi, restoran, angkutan udara, serta jasa perjalanan. Total kredit yang dimiliki pada sektor ini tercatat sebesar Rp18,2 triliun hingga akhir 2019. Herry mengatakan LaR terkait sektor juga terjaga stabil di single digit.
Baca Juga
Pada kesempatan berbeda, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. Tigor M. Siahaan mengatakan hingga saat ini portofolio kredit ke sektor pariwisata masih terjaga aman.
Meskipun begitu, perseroan akan selalu waspada dan melakukan kajian menyeluruh ke sektor tersebut.
"Kami lihat sejauh ini portofolio [ke sektor pariwisata] kami masih oke, tapi apakah ini [wabah virus corona] akan berlangsung selama sebulan, 2 bulan, 6 bulan? Kita tidak tau. Jadi kami masih melihat dan terus melakukan kajian," katanya.
Di samping itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri(Persero) Tbk. Royke Tumilaar mengatakan sektor yang berpotensi terpapar kenaikan LaR yaitu sektor perhotelan, namun portofolio kredit perseroan ke sektor ini masih kecil.
"Seperti hotel akan kena [kenaikan LaR] karena penurunan turis, bukan hanya di Bank Mandiri, semua pasti kena kan. Yang pasti kami akan antisipasi," jelas Royke.
Di samping itu, Bank Mandiri juga mencermati sektor yang pendapatan terbesarnya dari ekspor, seperti batu bara. Menurut Royke pihaknya bersama debitur akan mengupayakan langkah antisipasi terbaik.