Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTN Tunggu Restu OJK Untuk Beli Manajemen Aset

Rencana akuisisi perusahaan manajemen aset sebagai salah satu syarat untuk mengelola dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
Pengunjung mencari informasi mengenai kredit hunian dalam pameran Indonesia Properti Expo 2020 di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pengunjung mencari informasi mengenai kredit hunian dalam pameran Indonesia Properti Expo 2020 di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. sedang menunggu lampu hijau dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengakuisisi perusahaan manajemen aset.

Perseroan berencana membeli perusahaan manajemen aset pada tahun ini sebagai salah satu syarat untuk mengelola dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Direktur Finance, Treasury and Strategy BTN Nixon L. Napitupulu mengatakan rencana ini merupakan lanjutan dari rencana bisnis bank (RBB) 2019 dan tinggal menunggu restu dari pihak regulator.

"Rencana sudah dari RBB tahun lalu, tinggal tunggu izin [OJK] saja sebenarnya," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/2/2020).

Nixon menjelaskan perseroan telah menyiapkan dana Rp400 miliar sebagai kisaran awal. Namun, jika izin masih belum juga keluar, bank harus melakukan valuasi ulang dana yang harus disiapkan untuk mengakuisisi perusahaan aset manajemen yang diincar tersebut.

Perseroan enggan menyebut perusahaan mana yang dibeli. Kata Nixon, perusahaan ini merupakan salah satu anak usaha BUMN.

Bank BTN menargetkan dapat piloting penyaluran pembiayaan bersama Tapera pada tahun ini. Kendalanya, hingga saat ini turunan dari peraturan atau Undang-undang Tapera belum juga keluar.

Seperti diketahui, BTN menutup 2019 dengan mencatat penyaluran kredit senilai Rp255,82 triliun atau tumbuh 7,32 persen yoy. Sebesar 89 persen porsi penyaluran kredit didominasi oleh KPR, baik subsidi maupun non-subsidi.

KPR Subsidi menjadi penyumbang utama peningkatan tersebut. KPR Subsidi Bank BTN tercatat naik 13,2 persen yoy dari Rp98,17 triliun menjadi Rp111,13 triliun pada kuartal IV/2019. KPR non-subsidi juga terpantau tumbuh di level 3,71 persen yoy menjadi Rp80,64 triliun pada akhir Desember 2019.

Dari sisi profitabilitas, perolehan laba perseroan merosot 92,55 persen yoy menjadi sebesar Rp209,26 miliar pada 2019. Tahun ini, perseroan optimis laba bersih dapat ditingkatkan hingga mencapai Rp3 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper