Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSAK Baru Momok Industri Keuangan, Maybank (BNII) Optimis Tetap Bukukan Laba

Pada 2019 lalu laba bersih Maybank Indonesia mencapai Rp1.8 triliun.
Nasabah beraktivitas di salah satu gerai anjungan tunai mandiri (ATM) Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Nasabah beraktivitas di salah satu gerai anjungan tunai mandiri (ATM) Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) optimis tetap membukukan laba setelah penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK 71, 72, dan 73 berlaku pada awal tahun ini.  

Standar akuntansi keuangan baru ini mempengaruhi industri perbankan karena harus melakukan penyesuaian pada pencadangan risiko. Akibatnya laba yang dibukukan jadi tergerus.

Direktur Bank Maybank Thilagavathy Nadason mengatakan pihaknya tetap optimis dapat membukukan laba bersih pada periode laporan keuangan per 31 Maret 2020.

"Mengingat dampak awal penerapan standar keuangan disesuaikan ke saldo laba perseroan, sehingga dampak terbesar saat ini adalah pada saldo laba dan permodalan bank," kata Thila, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, yang dikutip Minggu (8/3/2020).

Perseroan menyatakan telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi atas dampak dari implementasi PSAK 71,72, dan 73. Beberapa langkah yang dilakukan adalah perseroan akan memperketat penyaluran kredit kepada nasabah. Juga dilakukan proses kontrol ketat dalam hal pemberian dan penggunaan limit kredit oleh unit bisnis.

Langkah lain yang dilakukan oleh bank berkantor pusat di Malaysia itu adalah memperketat pengawasan nasabah berdasarkan kualitas kredit untuk mencegah peningkatan risiko. Termasuk mitigasi sebelum kredit mengalami penurunan nilai.

Maybank juga menyampaikan dengan aturan baru keuangan ini maka pihaknya menghindari pemberian kredit dengan tenor yang panjang.

Pada tahun lalu, Maybank mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,8 triliun. Capaian tersebut turun 18,18 persen jjika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun.

Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan provisi untuk pencadangan kredit. Beban terbesar disumbangkan segmen komersial.

Belum lama ini Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria memperkirakan penyaluran kredit pada tahun ini tidak akan tumbuh agresif, yaitu di kisaran 7 persen sampai 9 persen.

Taswin mengatakan proyeksi tersebut telah menjadi pertimbangan perseroan dan mengikuti realisasi dari pertumbuhan GPD Indonesia tahun ini.

"Kredit kami perkiraan masih akan ditopang permintaan dari segmen korporasi dan UMKM. Kredit pemilikan rumah juga kami harapkan masih akan tumbuh," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper