Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perbankan harus mampu menjaga likuiditas di tengah kondisi penurunan harga saham akibat sentimen virus corona.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwe mengatakan penurunan harga saham terjadi di semua sektor sebagai akibat dari sentimen virus corona. Pelemahan pasar saham di Eropa cukup mempengaruhi kondisi pasar di Indonesia.
Bahkan, lanjutnya, bursa saham New York atau indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mengalami penurunan cukup dalam sekaligus menjadi yang terburuk sejak 1987. Kondisi tersebut mempengaruhi kondisi pasar Indonesia, tidak terkecuali saham perbankan.
Menurutnya, kondisi ini tidak dapat diprediksi kapan akan berhenti, sehingga likuditas perbankan harus tetap dijaga. Penyaluran kredit harus dijaga dengan baik dan ketentuan relaksasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus segera diupayakan untuk menjaga kondisi likuiditas.
"Kami lihat relaksasi sudah dikeluarkan OJK, tetapi sekarang orang lebih fokus pada kesehatan tersebut," katanya kepada Bisnis, Selasa (17/3/2020).
Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan para manajer investasi cenderung akan menahan cash dengan cara menjual portofolio saham di tengah kondisi virus corona.
Kondisi ini tidak hanya terjadi pada bank umum kelompok usaha (BUKU) IV, melainkan juga semua saham blue chip karena paling likuid. "Fund manager sekarang lagi prefer pegang cash," katanya.
Sementara itu, harga saham sejumlah bank dengan aset besar mengalami penurunan dari awal tahun seiring dengan anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan dampak virus corona (covid-19) yang meluas.
IHSG parkir di zona merah dengan koreksi sebesar 195,964 poin atau 4,18 persen ke level 4.494,693 pada penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (17/3/2020). Apabila dibandingkan dengan awal tahun, IHSG merosot 28,65 persen year to date.
Dari data yang dihimpun Bisnis, harga 10 bank besar di Indonesia tak terkecuali terdampak dari pelemahan IHSG. Dari top ten bank nasional, hanya saham Bank Permata yang turun single digit secara year to date, sisanya turun dalam.
Saham Bank Danamon mencatatkan koreksi paling dalam, yaitu sebesar 48,35 persen ytd. Pada sesi I perdagangan hari ini, harga saham BDMN berada di level 2040 atau turun 5,56 persen.
Saham Bank BTN dan Bank BNI juga mengalami penurunan lebih dari 40 persen ytd, yaitu masing-masing sebesar 43,87 persen dan 41,66 persen.