Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BRI Syariah Tbk. masih optimisitis dapat membukukan pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini meski ada tekanan ekonomi dari pandemi virus corona (Covid-19).
Direktur Bisnis Komersil BRI Syariah Kokok Alun Akbar menyebutkan debitur pembiayaan perseroan masih tergolong kuat dan masih melanjutkan usahanya pada 2020.
Meski ada beberapa yang membutuhkan dukungan melalui restrukturisasi atau keringanan, tetapi proses penyaluran pembiayaan baru masih diharapkan dapat berjalan positif.
"Kondisi tahun ini memang cukup berat. Namun, kami sudah melakukan stress test dan mencoba beberapa skenario. Kami berharap masih dapat meningkatkan pembiayaan meski tidak sampai 17 persen seperti target awal, mungkin di bawah 10 persen," katanya dalam live streaming BRI Syariah, Selasa (5/5/2020).
Dia menyebutkan perseroan juga mendapat dukungan berupa jaminan likuditas dari induk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Saat dibutuhkan, dia mengklaim perseroan akan mendapat pinjaman dalam jumlah yang diperlukan.
"Dalam kondisi seperti ini, koordinasi kami dengan induk sangat kuat. Kami selalu mengkomunikasikan kondis yang kami ke induk," ucapnya.
Di samping itu, Kokok menyampaikan perseroan juga memiliki rasio kecukupan modal yang masih cukup tinggi untuk dapat menyerap berbagai risiko, sekaligus ekspansi pembiayaan.
"Rasio kecukupan modal kami mencapai 21,9 persen. Kami bahkan masih belum membutuhkan penyuntikan modal baru dengan kecukupan modal ini. Lagi pula kami sudah menjadi perusahaan terbuka," ujarnya.
Adapun, pembiayaan emiten berkode BRIS pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp30,45 triliun, naik 34,28 persen secara tahunan.
Pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah pada kuartal I/2020 disokong oleh pembiayaan segmen ritel yang tumbuh 49,74 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp20,5 triliun.
Di samping itu, BRIS mencatakan pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 16,11 persen secara tahunan menjadi Rp33,02 triliun pada awal tahun ini. Utamanya, peghimpunan dana masyarakat ini ditopang oleh dana murah yang naik 77,51 persen yoy Rp16,86 T.
Dengan rasio pembiayaan bermasalah net yang turun 139 basis poin menjadi 4,34 persen, kesuluruhan performa tersebut mampu membuat dana laba bersih perseroan naik 150 persen menjadi Rp75,15 miliar pada kuartal I/2020.