Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Misbakhun menegur Gubernur Bank Indonesia terkait dengan Quantitative Easing (QE), terutama GWM dan stabilitas nilai tukar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan sebagian quantitative easing yang digelontorkan bank sentral hingga Rp503,8 triliun telah digunakan untuk pelonggaran GWM dan pembelian SBN dalam rangka menstabilkan nilai tukar.
"Kami waktu menstabilkan nilai tukar ketika investor asing menjual semua, kan waktu itu rupiah naik hampir Rp17.000," tegas Perry Warjiyo dalam rapat bersama Komisi XI, Selasa (6/5/2020).
Jika tidak ada stabilisasi, Perry melihat imbal hasil SBN bisa 8-9 persen. "Tugas kita stabilisasi dengan membeli SBN di pasar sekunder. Kita bantu Ibu Menkeu untuk menstabilkan yield SBN, oleh karena itu cadangan devisa kita turun," ungkap Perry.
Paparan Gubernur BI tersebut memicu oleh Misbakhun. Dengan nada tinggi, dia mempertanyakan maksud Gubernur BI menekankan tugas stabilitas tersebut
"Kenapa stabilisasi ini anda ceritakan seakan-akan tugas hebat?" Dia juga menilai DPR membutuh penekanan soal transmisi pelonggaran GWM.
Baca Juga
"Kita butuhkan sekarang ini tambahan baru, bukan geser-geser aja!"
Dia juga mempertanyakan mengapa BI hanya menyerap SBN di pasar perdana sebesar 25 persen. "Saya ingin tahu kenapa kok hanya mau 25 persen, lalu mengapa kok ditawarkan ke market padahal market menyerap sedikit."
"Kalau stabilisasi yang dilakukan BI untuk menekan yield SBN, mengapa BI kok malah ingin pemerintah lepas dulu? kalau BI langsung beli dengan bunga tertentu, ini kan bisa kita itung biayanya sejak awal," tambahnya.
Menurut Misbakhun, pemerintah sudah kesulitan uang. "Kas negara ini sudah nggak ada Pak, penerimaan pajak rendah. kalau ini sharing the pain-nya BI, ini segala hormat mari kita konsepkan bersama," tegasnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjawab maksud dirinya menegaskan mandat stabilitas ini dilakukan dalam rangka penjelasan bagi masyarakat.
"Saya paham Pak Misbakhun ini tugas BI. kami juga bantu pemerintah stabilkan pasar SBN agar yield tidak meroket. Ini selama 2020 sudah Rp166,2 triliun. Kami sekaligus menstabilkan yield SBN dan nilai tukar rupiah," ujarnya dengan nada lebih pelan.