Bisnis.com, JAKARTA - Keseimbangan antara ekspansi dengan tetap terjaganya kualitas kredit, akan menjadi pijakan PT Adira Dinamika Multi Finance. Tbk (ADMF) alias Adira Finance menghadapi semester II/2020.
Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengungkap bahwa masa transisi selepas pandemi merupakan titik penting mulai melakukan ekspansi pembiayaan baru.
"Dengan sedikit relaksasi PSBB di beberapa tempat, ini diharapkan daya beli masyarakat mulai meningkat, penjualan otomotif pun bisa naik. Memang masih banyak yang kita tidak tahu. Pertimbangannya banyak. Tapi yang jelas kita akan melangkah dengan hati-hati," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (16/7/2020).
Strategi kehati-hatian perusahaan leasing yang sebelumnya berhasil membukukan pembiayaan baru sebesar Rp37,9 triliun sepanjang 2019 ini pun tampak ketika mencari waktu yang pas dalam menerbitkan obligasi baru di era masa transisi pandemi Covid-19.
ADMF baru berani menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2020 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap I Tahun 2020 pada awal Juli 2020.
Nilainya masing-masing Rp1,3 triliun untuk obligasi, sementara sukuk mudharabah dicatatkan dengan nominal sebesar Rp200 miliar, yang semuanya diprioritaskan untuk pembiayaan kendaraan bermotor.
"Memang kita biasanya setiap tahun mencari pendanaan lewat obligasi sekitar Rp4 triliun. Kita kemarin baru mulai, ya bisa dibilang tertunda karena pandemi. Pertimbangannya, penyaluran pinjaman kita turun sehingga kebutuhan dana pun turun. Kedua, alternatif pendanaan yang lain pun masih cukup dari perbankan dan luar negeri," jelasnya.
Oleh sebab itu, di tengah keadaan yang masih fluktuatif. Made mengaku masih akan menerapkan kebijakan konservatif mengikuti perkembangan ekonomi, perkembangan pandemi dan kebijakan pemerintah terkait serta perkembangan industri otomotif.
Misalnya, menerapkan kebijakan DP atau uang muka yang masih berkisar di 30%-35% tergantung wilayah dan jenis kendaraan, serta mewajibkan persyaratan tertentu untuk memilih nasabah dengan pendapatan stabil.
"Peluang kita masuk pembiayaan kendaraan baru dan bekas, baik mobil dan motor itu memang meningkat. Tapi kita masih akan berhati-hati. Karena menyalurkan pinjaman itu mudah, menagihnya yang sulit. Lagipula mencari nasabah yang bagus setelah pandemi itu memiliki tantangan tersendiri," tutupnya.
Sekadar informasi, pembiayaan baru ADMF sebesar Rp8,4 trilliun pada kuartal I/2020 tercatat turun 11% (year-on-year/yoy) dibandingkan kuartal I/2019. Pembiayaan ADMF ditopang kredit segmen penumpang 63% berbanding 37% dari kredit segmen komersial.