Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom menilai indikator-indikator industri perbankan Tanah Air saat ini masih menunjukkan kondisi yang aman meski menghadapi tekanan besar akibat pandemi Covid-19.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan penyaluran kredit perbankan hingga semester I/2020 masih tercatat melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun di sisi lain, simpanan masyarakat tercatat tumbuh lebih tinggi.
Di samping itu, rasio kredit bermasalah perbankan (NPL) secara industri dinilai masih berada pada level yang terjaga. Rasio NPL perbankan pada Mei 2020 tercatat sebesar 3,01 persen.
"Walaupun NPL tinggi, masih relatif terjaga. Demikian juga indikator lain, seperti CAR [capital adequcy ratio], BOPO [belanja operasional terhadap pendapatan operasional], dan NIM [net interest margin] masih terjaga," katanya dalam acara CORE Midyear Review 2020 secara virtual, Selasa (21/7/2020).
Meski demikian, Piter menyampaikan industri perbankan masih dihadapkan dengan risiko yang tinggi seiring dengan dunia usaha yang belum kembali pulih akibat pandemi Covid-19.
Menurutnya, selama pandemi Covid-19 masih belum tertangani, risiko di dunia usaha akan tetap besar dan akan menimbulkan gangguan pada cashflow sehingga bisa menyebabkan kredit macet di perbankan.
Baca Juga
Alhasil, kondisi perbankan akan memburuk dan menurut Piter krisis keuangan pada 1998 lalu bisa saja kembali terjadi.
"Jika [Covid-19] tidak bisa di-manage, maka akan menjalar ke bank yang akan menyebabkan lonjakan kredit macet, ujungnya kondisi bank memburuk, menggerus CAR, bisa kita mengalami krisis keuangan yang sama seperti di tahun 1998," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Piter, sangat dibutuhkan sinergi yang sungguh-sungguh oleh orotitas terkait untuk menjaga ketahanan dunia usaha dan sektor keuangan.