Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. tetap menyalurkan kredit dan menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk valuta asing di tengah pandemi Covid-19.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan penyaluran kredit dalam bentuk valuta asing tersebut tetap memperhatikan profil risiko debitur dan biaya dana atau cost of fund bank.
Hingga Mei 2020, Bank Mandiri menyalurkan kredit valas senilai Rp133,2 triliun atau tumbuh 7,7 persen YoY. Penghimpunan dana dalam bentuk valas yang dilakukan Bank Mandiri pada periode tersebut adalah senilai Rp150,4 triliun atau tumbuh 27,1 persen.
"Saat ini Bank Mandiri tidak berfokus pada pertumbuhan yang agresif, tetapi lebih kepada penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang sustain, mengingat dampak pandemi Covid-19 yang mempengaruhi sebagian besar sektor perekonomian Indonesia," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai risiko kredit terjadi dalam semua sektor di tengah pandemi Covid-19, dalam bentuk rupiah maupun valas. Apalagi saat ini kegiatan ekspor impor mengalami peningkatan risiko sehingga juga akan mempengaruhi penyaluran kredit dalam bentuk valas.
Meskipun demikian, Piter mengakui masih ada sektor usaha yang tetap bisa memanfaatkan peluang di tengah pandemi. Lantaran hal tersebut, peningkatan penyaluran kredit valas yang terjadi di Bank Mandiri menjadi hal wajar.
Analisis kredit valas, lanjutnya, sama saja dengan analisis kredit rupiah. Semua kredit pada dasarnya mempertimbangkan semua risiko dan juga aspek-aspek seperti karakter debitur maupun collateral.
"Ada perusahaan yang justru bisa memanfaatkan peluang, misalnya saja ada perusahaan yang terkait alat kesehatan yang bisa melakukan ekspor. Demikian juga dengan bank, yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan ini sehingga penyaluran kredit valasnya justru meningkat," sebutnya.