Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BRI Syariah Tbk. angkat bicara soal rencana merger bank-bank syariah yang menjadi anak usaha badan usaha milik negara (BUMN).
Direktur Kepatuhan BRI Syariah Yana Soeprianan menyampaikan perusahaan saat ini fokus pada peningkatan kinerja. Adapun, terkait dengan rencana merger bank-bank syariah yang menjadi anak usaha BUMN, menjadi kewenangan ultimate shareholder (pemegang saham pengendali) BRI Syariah.
"Sampai dengan saat ini, kami belum memberikan satu komentar. Kami fokus pada kinerja, peningkatan kinerja BRI Syariah," katanya dalam paparan laporan kuartal II/2020, Senin (24/8/2020).
Secara umum, imbuhnya, emiten berkode saham BRIS itu menyatakan akan mendukung rencana tersebut sepanjang untuk kebaikan perekonomian dan industri perbankan syariah. "Kami sepenuhnya akan mendukung program pemerintah."
Terkait dengan rencana merger bank syarian anak usaha bank BUMN, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunadi pernah menyampaikan bahwa pemegang saham melihat bahwa penetrasi bank syariah di Indonesia masih sangat kecil yaitu 8,5%. Angka ini kalah jauh dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia sebesar 40%-50%, apalagi Timur Tengah di angka 80%-90%.
"Di Indonesia, bank syariah belum ada yang besar. Memang banyak [bank syariah], tetapi belum ada yang masuk peringkat 20 besar di dunia," katanya dalam paparan kuartal II/2020, Rabu (19/8/2020).
Baca Juga
Dia melihat tujuan pemegang saham atas rencana merger bank syariah anak BUMN, ingin membangun bank yang besar. Dengan demikian, penetrasi bank syariah bisa sejajar dengan bank konvensional lainnya.
Di samping itu, pemegang saham melihat potensi industri syarah masih sangat besar. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19 yang memukul seluruh segmen usaha, bank syariah masih bisa bertahan dan memiliki kinerja baik.
"Merger ini untuk mengoptimalkan bank syariah yang ada di bawah koordinasi bank Himbara," ujarnya. Terkait bank mana yang akan menjadi survival, Hery mengatakan hal itu saat ini belum ditentukan.