Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Pertumbuhan di Atas Industri, Ini Strategi BTPN Syariah

Pada paruh pertama tahun ini, pembiayaan BTPN Syariah hanya tumbuh 2 persen yoy menjadi Rp8,74 triliun.
Pejalan kaki berjalan melewati logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk atau BTPN Syariah di Jakarta, Senin (13/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawann
Pejalan kaki berjalan melewati logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk atau BTPN Syariah di Jakarta, Senin (13/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawann

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BTPN Syariah Tbk. mencatat penurunan laba bersih sepanjang semester I/2020 sebesar 33 persen secara year on year menjadi Rp407 miliar. Meski begitu, perseroan optimistis dapat mencapai pertumbuhan kinerja di atas industri pada akhir tahun.

Direktur BTPN Syariah Fachmi Achmad mengatakan pandemi Covid-19 sangat berdampak pada industri, termasuk industri perbankan. Kondisi tersebut berpengaruh pada pertumbuhan pembiayaan.

Pada paruh pertama tahun ini, pembiayaan hanya tumbuh 2 persen yoy menjadi Rp8,74 triliun. Di sisi lain, nasabah perseroan membutuhkan penundaan pembayaran. BTPN Syariah saat ini telah melakukan restrukturisasi terhadap 55 persen nasabah pembiayaan.

"Kami selalu optimitiss bahwa nasabah ini adalah nasabah yang tangguh. Mereka hanya butuh waktu dan bantuan dana. Itu yang kami lakukan untuk memastikan kualitas aset terjaga dengan baik," katanya dalam public expose live, Selasa (25/8/2020).

Hal itu tercermin dari NPF Gross sebesar 1,8 persen pada posisi Juni 2020, dari sebelumnya 1,3 persen pada posisi Juni 2019. Perusahaan berupaya menjaga NPF terjaga di bawah 2 persen.

Fachmi menambahkan BTPN Syariah selalu menargetkan pertumbuhan bisnis dapat mencapai di atas rata-rata industri. Dengan demikian, emiten bersandi saham BTPS ini optimis dapat mencapai pertumbuhan di atas 3 persen yoy yang menjadi proyeksi OJK.

Pertumbuhan positif ini akan dapat dicapai melalui efisiensi biaya yang sudah dilakukan sejak Maret kemarin. Hal ini terlihat dari beban perusahaan mengalami penurunan sebesar 4 persen secara quarter on quarter pada posisi Juni 2020.

Di samping itu, perusahaan berupaya menjaga kualitas pembiayaan melalui rekstrukturisasi pembiayaan dan pembentukan pencadangan yang naik lebih dari 100 persen.

"Jika melihat laba sebelum pencadangan, sebetulnya kondisinya flat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper