Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terimbas Pandemi, Rasio Kredit Bermasalah Maybank Melonjak Sentuh 4,99 Persen

Kebijakan restrukturisasi lewat POJK 11/2002 tidak serta merta menurunkan kredit bermasalah.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Maybank Indonesia, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Maybank Indonesia Tbk. terimbas pemburukan kualitas kredit akibat pandemi Covid-19. Realisasi rasio kredit bermasalah Maybank pada paruh pertama 2020 tercatat sebesar 4,99 persen atau lebih tinggi dari realsasi periode sama tahun lalu yang sebesar 2,91 persen.

Risk Management Director Maybank Effendi mengatakan adanya kebijakan restrukturisasi lewat POJK 11/2002 tidak serta merta menurunkan kualitas kredit bermasalah.

Pasalnya, Maybank tidak memberikan restrukturisasi pada semua debitur melainkan diterapkan menyesuaikan dengan kondisi individual debitur seperti prospek usaha dan sejauh mana dampak pandemi terhadap kondisi usaha.

Maybank pun hanya memproyeksi potensi restrukturisasi kredit adalah senilai Rp19 triliun. Dari jumlah tersebut, yang telah mendapatkan restrukturisasi baru senilai Rp14 triliun. Artinya, masih ada potensi restrukturiasasi hingga Rp5 triliun yang kemungkinan bisa diberikan bank tetapi tetap harus menyesuikan dengan kondisi usaha.

Per 30 Juni 2020, restrukturisasi yang telah diterapkan Maybank adalah sebesar 17,3 persen dari total penyaluran kredit. Porsi restrukturisasi terbesar berada pada retail small medium enterprise (RSME) yang mencakup 23,6 persen dari total outstanding kredit.

"Tidak semua nasabah kami restrukturisasi, kami lihat case by case, kalau ada prospek usaha dan usahanya masih jalan kami berikan. Kami akan selektif case by case," katanya, Kamis (24/9/2020).

Effendi pun menegaskan debitur bermasalah selalu ada, sebelum adanya pandemi sekalipun. Hanya saja, pandemi telah membuat cashflow debitur mengalami masalah. Kondisi ini semakin diperparah dengan portofolio debitur Maybank yang berasal dari sektor manufaktur yang bergantung pada produk dari luar negeri.

"Ada juga unsur nilai tukar dan penjualan produknya bukan basic needs, basic need consumer goods saja tidak masalah. Kalau yang bukan, apalagi ekspor itu jadi masalah," katanya.

Menurutnya, perseroan akan menargetkan NPL hingga akhir tahun mampu lebih rendah dari realisasi paruh pertama 2020. "NPL kami tidak akan lebih dari posisi Juni ini," sebutnya.

Direktur Finance, Financial Planning, Performance Management, dan Procurement & Premises Bank Maybank Indonesia Thila Nadason mengatakan peningkatan NPL tersebut juga berkaitan dengan turunnya realisasi kredit.

Ketika relisasi kredit menurun maka pembagi atas kredit bermasalah juga semakin rendah sehingga menyebabkan perhitungan NPL yang semakin meningkat.

Adapun hingga paruh pertama 2020, total kredit Maybank turun 14,6 persen menjadi Rp115,7 triliun. "NPL ini naik karena pembaginya turun, loan hampir turun 15 persen dan sebabkan rasio NPL meningkat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper