Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menilai keinginan perbankan untuk mengoptimalkan penyaluran kredit semakin membaik seiring dengan aspek lending standard atau syarat pemberian kredit yang kian longgar.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung mengatakan data dan riset yang dilakukan bank sentral memperlihatkan ada perbaikan dari sisi pasokan dan permintaan dana perbankan.
Dia menyebutkan keinginan bank untuk menyalurkan kredit meningkat dan permintaan korporasi juga mulai bergerak. Dari sisi pasokan, Juda mengemukakan lending standard semakin longgar, terutama tingkat suku bunga yang kian murah.
“Artinya bank sudah punya willingness untuk lending,” katanya dalam diskusi digital dengan media massa, sore ini, Rabu (14/10/2020).
Suku bunga bank baik untuk simpanan dan kredit tercatat bergerak turun. Hal itu tak lepas dari tingkat bunga acuan yang kini relatif rendah.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 dan 13 Oktober 2020, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 4,00 persen.
Baca Juga
BI juga menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75 persen.
Selain itu, Juda menyebutkan modal perbankan sangat baik saat ini. Data BI memperlihatkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) industri perbankan berada di level 23 persen.
Adapun likuiditas perbankan, ungkap Juda, sangat mencukupi. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (DPK) berada di level 31 persen.
“Rasio 31 persen ini tertinggi dalam 8 tahun terakhir. Likuiditasnya sangat melimpah,” kata Juda.
Adapun dari sisi debitur, Juda menjelaskan, kondisi liquidity buffer yang terlihat indikator pengumpulan dana pihak ketiga perbankan juga membaik dengan pertumbuhan 12,9 persen pada September 2020.
“Artinya buffer di sektor riil masih cukup kuat. Kalau pandemi Covid ini pulih, maka dia siap melakukan konsumsi. Korporasi juga siap,” tuturnya.
Di sisi lain, Juda menambahkan pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju akan membawa dampak positif terhadap korporasi yang berorientasi ekspor.
Dia berharap keinginan bank yang semakin tinggi akan diikuti permintaan dana dari korporasi.
“Dengan kondisi itu, jika nanti demand-nya naik, pasti kredit perbankan langsung naik,” kata Juda.