Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRI Proyeksi 2,5 Persen Kredit Hasil Restrukturisasi Tak Bisa Bangkit

Adapun, realisasi restrukturisasi kredit di BRI dari 15 Maret 2020 hingga 28 September 2020 adalah sebanyak 2,95 juta debitur dengan total baki debet senilai Rp191,5 triliun.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso. Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur Utama Bank BRI Sunarso. Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kredit yang terancam tidak bisa bangkit di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. diproyeksi mencapai sebesar 2,5% dari total kredit yang telah direstrukturisasi.

Adapun, realisasi restrukturisasi kredit di BRI dari 15 Maret 2020 hingga 28 September 2020 adalah sebanyak 2,95 juta debitur dengan total baki debet senilai Rp191,5 triliun. Restrukturisasi kredit tersebut terdiri dari kredit mikro Rp65,1 triliun, kredit usaha rakyat (KUR) Rp25,2 triliun, ritel Rp76,5 triliun, konsumer Rp10,6 triliun, dan korporasi 14,1 triliun.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso mencontohkan ada empat skema restrukturisasi kredit segmen mikro. Pertama, penurunan bunga dan berikan perpanjangan pembayaran kredit. Kedua, penundaan pokok dan bunga selama enam bulan. Ketiga, penundaan bunga 6 bulan dan pembayaran pokok 12 bulan untuk omset usaha yang turun hingga 75%. Keempat, usaha dengan penurunan omset di atas 75% mendapatkan penundaan pokok dan bunga selama 12 bulan.

Menurutnya, dari skema tersebut, yang paling banyak kemungkinan akan jatuh adalah kelompok restrukturisasi selama enam bulan. Dari kelompok tersebut, diproyeksi ada 97,5% debitur yang masih bisa pulih, tetapi sisanya jatuh adalah sebanyak 2,5% dan berakhir menjadi rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).

Hanya saja, proyeksi ini tidak berlaku jika lockdown diterapkan. Namun, semua kemungkinan masih dapat terjadi. Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memastikan kemungkinan adanya perpanjangan restrukturisasi.

"Jadi yang enam bulan ini kita restrukturisasi 97,5% kan pulih sekarang tetapi kemudian kayak gini [kondisi] berapa lama, jadi kalau nanti hingar-bingar nanti hidup kembali perekonomian kita harap langsung terbang," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Menurutnya, lantaran hal tersebut, BRI pun saat ini lebih konservatif dengan tetap membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) untuk berjaga-jaga atas kemungkinan naiknya NPL.

BRI pun berencana menurunkan laporan keuangan dengan NPL covergae di atas 200%. "Saya akan lebih konservatif, pasti, krisis ini kita belum tau ujungnya, saya bilang sampai nanti Menteri BUMN pulang bawa vaksin, kira-kira begitu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper