Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan teknologi digital, khususnya internet, telah mengubah pola masyarakat untuk melakukan transaksi perbankan. Sayangnya, kemudahan untuk transaksi mau tak mau membuka celah untuk penipuan dan pembobolan rekening bank.
Laporan terkait penipuan dan pembobolan rekening oleh oknum terus bertambah. Kasus terbaru, seorang dokter asal Surabaya bernama Eric melaporkan bahwa tabungan senilai Rp400 juta lenyap dibobol maling "digital".
Peristiwa tersebut bermula lantaran dia merasa tidak nyaman karena acap kali ditelepon oleh nomor tak dikenal untuk diminta kode OTP (one time password). Karena merasa terganggu, dia lantas mengganti nomor handphone lama dengan nomor baru. Setelah itu, tabungan Eric di rekening hilang tak berjejak.
Belajar dari kisah Eric, konsumen harus cerdas dan cermat untuk mengetahui modus penipuan dan pembobolan rekening saat ini. Melansir dari laman resmi Bank BCA, ada empat jenis modus yang mengintai pemegang kartu kredit ataupun debit. Berikut modus dan cara mengatasinya.
1. Pembobolan Rekening Melalui kode OTP dan CVV
Baca Juga
Sebagian besar target sasaran modus ini, yaitu pengguna kartu kredit yang berusia tua. Tujuan utama pelaku adalah untuk mendapatkan kode OTP (one time password) yang dikirim melalui SMS dan nomor CVV (3 digit terakhir angka di belakang kartu) dari pemegang kartu kredit.
Pemegang kartu harus tahu bahwa kode OTP dan CVV merupakan data pribadi yang tidak boleh disebarluaskan ke pihak manapun, termasuk ke pihak bank terkait.
Pelaku biasanya mengaku sebagai petugas atau karyawan dari bank BCA dengan memberikan informasi sebagai berikut:
1. Informasi pembatalan transaksi
Pelaku menghubungi pemegang kartu dan memberitahukan ada sejumlah transaksi besar yang mencurigakan dan menawarkan pembatalan transaksi tersebut. Apabila transaksi ingin dibatalkan, maka pemegang kartu harus memberikan nomor CVV dan kode OTP kepada pelaku.
2. Mendapat hadiah undian
Pelaku menelepon pemegang kartu dan memberitahukan ia menang undian program kartu kredit BCA. Kemudian pemegang kartu diminta untuk memberikan CVV dan kode OTP untuk alasan administrasi.
3. Pemberian kenaikan limit kartu
Pelaku menghubungi pemegang kartu dengan menjanjikan akan memberikan kenaikan limit pada kartu kredit, apabila memberikan nomor CVV dan kode OTP.
2. Phishing Email
Pada jenis penipuan phising email, calon korban menerima e-mail masuk yang menginformasikan untuk melakukan pembaharuan akun internet banking (Upgrade Your Account).
Selanjutnya calon korban diarahkan untuk mengklik sebuah tautan link yang mengarahkan untuk membuka halaman palsu. Di laman palsu tersebut, alamat website atau URL tidak sesuai dengan milik bank resmi. Kemudian calon korban diminta untuk mengisi banyak data yang sifatnya pribadi. Pastikan alamat url bank resmi sebelum mengisi user name dan password.
3. Skimming ATM
Skimming adalah tindakan pencurian informasi kartu baik debit maupun kredit dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip magnetik kartu. Strip ini terletak di bagian belakang kartu dan merupakan tempat tersimpannya informasi mengenai kartu tersebut.
Prosesnya menggunakan skimmer yang ditempelkan pada slot kartu di mesin ATM. Biasanya skimmer dibuat menyerupai bentuk mulut slot kartu ATM, sehingga sekilas terlihat mirip. Saat kartu dimasukkan ke ATM, maka skimmer akan merekam informasi dari kartu tersebut.
Selanjutnya, spy camera yang diletakkan pelaku akan merekam saat pemilik kartu memasukan PIN. Pelaku bisa langsung menduplikasi kartu ATM dari skimmer.
Berikut tips menghindari skimming:
1. Tutupi tanganmu saat memasukkan PIN ATM
2. Periksa mesin ATM yang akan digunakan
3. Perhatikan lokasi mesin ATM
3. Ganti PIN secara berkala untuk mencegah pembobolan PIN
4. Ganti kartu menjadi kartu berbasis chip agar lebih terlindungi dari modus skimming
4. OneKlik
Biasanya penipuan transaksi menggunakan OneKlik terjadi di toko online atau e-commerce, di mana pelaku berpura-pura menjadi pembeli dan calon korbannya adalah penjual barang di toko tersebut.
Pelaku berpura-pura tertarik dengan barang jualan calon korban dan kemudian pelaku melakukan pembayaran dengan metode “OneKlik”. Setelah itu, pelaku meminta nomor kartu ATM dan kode OTP yang terkirim via SMS ke calon korban. Pelaku mengirimkan screenshot “OneKlik abal-abal” agar calon korban semakin percaya.
Berikut 3 tips agar terhindar dari penipuan OneKlik:
1. OneKlik bukan metode transfer antarrekening
2. Jangan pernah memberitahukan nomor kartu ATM dan kode OTP kepada siapapun
3. Tingkatkan fitur OneKlik dengan mengatur batasan (limit) nominal transaksi per hari.