Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang 9 bulan tahun ini, PT Bank Permata Tbk. membukukan laba senilai Rp429,76 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa (27/10/2020), diketahui laba tersebut turun signifikan sebesar 60,67 persen.
Pendapatan operasional Bank Permata tercatat senilai Rp6,15 triliun, naik 9,63 persen yoy dari Rp5,61 triliun. Namun, di sisi lain kerugian penurunan nilai aset keuangan yang meningkat dari Rp712,36 miliar menjadi Rp1,85 triliun secara tahunan.
Hal tersebut menyebabkan beban operasional naik 28,26 persen secara tahunan dari Rp4,14 triliun menjadi Rp5,31 triliun.
Ridha D.M. Wirakusumah, Direktur Utama Bank Permata mengatakan sejalan dengan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi dampak Covid-19, sampai dengan kuartal III/2020 ini, perseroan telah mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan sebesar Rp1,86 triliun.
Nilai pencadangan tersebut memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit.
"Sebagai akibat dari penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan (PPh) dari 25 pe menjadi 22 persen yang berlaku efektif di bulan Maret 2020, Bank juga mengakui tambahan beban pajak tangguhan yang berdampak pada penurunan laba setelah pajak," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (28/10/2020).
Bank Permata membukukan pertumbuhan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,6 persen dan pendapatan non-bunga sebesar 9,0 persen yoy.
Pencapaian ini diikuti dengan perbaikan rasio marjin bunga (net income margin atau NIM) menjadi 4,4 persen, meningkat dari 4,2 persen di periode yang sama tahun lalu. Disiplin dalam manajemen biaya operasional yang didukung dengan penerapan teknologi digitalisasi dalam transaksi perbankan telah membantu Bank untuk terus meningkatkan rasio efisiensi yang berkelanjutan.
Cost to income ratio (CIR) tercatat sebesar 59,8 persen, membaik secara signifikan dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 63,6 persen. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan jumlah transaksi digital PermataBank selama tahun 2020 dan telah menjadi pilihan utama nasabah dalam beradaptasi dengan masa new normal.
Terbukti dengan peningkatan volume transaksi mobile banking sebesar 69 persen dan API (application programming interface) sebesar 400 persen pada 2020 yang lebih tinggi dibandingkan volume transaksi sepanjang 2019.
Dalam menghadapi tantangan yang timbul sebagai dampak pandemi Covid-19, PermataBank melakukan upaya strategis dengan tetap menjalankan fungsi sebagai Universal Bank yang memberikan layanan terbaik bagi para nasabah Ritel, Korporasi dan Syariah. Bank tetap memfokuskan penyaluran kredit bagi nasabah yang sehat.
Penurunan kredit yang diberikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit yang dikontribusikan oleh perlambatan pertumbuhan perekonomian di Indonesia dan penerapan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas portofolio kredit.
Selama kuartal III/2020, sejalan dengan arahan regulator, Bank melaksanakan program restrukturisasi dan relaksasi kredit bagi nasabah yang terdampak Covid-19.
Sampai dengan akhir bulan September 2020, sekitar 11,6 persen dari portofolio kredit yang diberikan mengajukan permohonan restrukturisasi dan relaksasi dimana sebagian besar telah diselesaikan.
Selain itu, Bank Permata terus memperkuat layanan perbankan digital yang prima, dengan memanfaatkan dan menanamkan proses digital dalam penerapan transaksi perbankan yang beroperasi dengan mudah, cepat, dan aman terutama melalui PermataMobile X dan PermataNet sebagai jalur transaksi utama bagi nasabah dalam menghadapi masa new normal.
Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) Bank masih dapat dikelola dengan baik di level yang aman ditengah penurunan kualitas aset di industri perbankan Indonesia. Rasio NPL gross tercatat sedikit meningkat ke level 3,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,3 persen dengan NPL net yang terjaga pada level 1,5 persen dibandingkan dengan posisi September 2019 sebesar 1,2 persen.
Perseroan melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL dan pertumbuhan kredit good book.
Posisi likuiditas perseroan terjaga dengan baik dibuktikan dengan rasio likuiditas loan-to-deposit ratio (LDR) optimum sebesar 74,5 persen pada September 2020 dan rasio CASA tercatat sebesar 50,8 persen, meningkat 103 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Total dana simpanan masyarakat tumbuh sebesar 11,1 persen yoy, kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk Giro sebesar 18,3 persen, diikuti oleh Tabungan dan Deposito masing-masing 8,2 persen dan 8,9 persen yoy.
Hal ini menunjukkan bahwa ditengah kondisi ekonomi yang sulit PermataBank masih dipercaya oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan transaksi perbankan dan mengelola operasional bisnis serta kebutuhan likuiditasnya dengan baik.
Dari sisi permodalan, rasio common equity tier 1 (CET-1) dan capital adequacy ratio (CAR) juga terjaga dengan kuat pada posisi September 2020 masing-masing sebesar 20,5 persen dan 21,6 persen, meningkat dibandingkan dengan 18,6 persen dan 19,8 persen pada periode yang sama tahun lalu, jauh lebih tinggi dari ketentuan minimum modal yang berlaku.