Bisnis.com, JAKARTA - Simpanan nasabah tajir masih menjadi segmen yang penopang peningkatan dana masyarakat di perbankan Tanah Air.
Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan, nilai simpanan di atas Rp5 miliar mencapai Rp3.309 triliun per September 2020. Tabungan nasabah kelas atas ini mencapai 49,2% dengan pertumbuhan 16,4% secara tahunan. Adapun pada awal tahun porsi simpanan ini hanya 46,7%.
Sebaliknya, simpanan nominal di bawah Rp100 juta hanya tumbuh 8,7% secara tahunan menjadi Rp913 triliun pada kuartal ketiga tahun ini. Simpanan nasabah ini mencakup 13,6%.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengaku pertumbuhan nasabah kelas atas masih sangat signifikan.
Namun, dia memperkirakan perkembangan ekonomi akhir tahun akan mulai membuat pertumbuhan simpanan lebih merata. Terlebih, suku bunga acuan Bank Indonesia juga turun hingga 3,75% yang akan menekan margin di simpanan berjangka.
"Namun, untuk ke depan akan lebih merata," katanya belum lama ini.
Baca Juga
Dia pun menyebutkan LPS juga telah menurunkan suku bunga penjaminan yang diharapkan dapat menjadi stimulan lanjutan bagi perbankan menurunkan suku bunga simpanan berjangka.
Di lain pihak, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso pun menyebut ada sekitar Rp1.200 triliun dana yang mengendap di bank yang tidak tersalurkan karena lemahnya permintaan kredit akibat pandemi Covid-19.
Dia mengatakan dana masyarakat di BRI tumbuh 16% secara year on year (yoy), sedangkan kredit tumbuh 4,9% yoy. Bahkan, secara nasional kredit hanya tumbuh 0,12% per September 2020.
"Artinya kalau LDR nasional 82% menuju ke idealnya 92%, itu sebenarnya ada sekitar Rp1.200 triliun duit yang tidak tersalurkan dalam bentuk kredit,. Selisih LDR 10% ada sekitar Rp1.200 triliun duit terjebak tidak bisa disalurkan secara produktif dalam bentuk kredit ," katanya dalam webinar, Rabu (25/11/2020).
Sunarso mengatakan UMKM menjadi yang paling awal terpukul akibat dampak pandemi. Ini menjadi tantangan bagi bisnis BRI yang sekitar 80% portofolio kreditnya merupakan UMKM.
Oleh karena itu, BRI mengarahkan bisnisnya dengan mengikuti stimulus yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah memberikan berbagai stimulus dalam bentuk penempatan dana, belanja pemerintah berupa banpres produktif, subsidi gaji, KUR super mikro, subsidi penjaminan, hingga relaksasi restrukturisasi kredit.