Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Lansia Diramal Berlipat Ganda pada 2050, jadi Tantangan Pelaksanaan JKN

Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, penduduk lansia akan mencapai 61,7 juta atau 19,2 persen dari jumlah penduduk.
Pegawai melayani peserta BPJS Kesehatan di Jakarta, Senin (13/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pegawai melayani peserta BPJS Kesehatan di Jakarta, Senin (13/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah penduduk lanjut usia atau lansia diperkirakan bertambah hampir dua kali lipat dalam 15 tahun mendatang. Adanya ancaman penyakit kronik yang membayangi penduduk tua itu membuat jaminan sosial kesehatan harus menyiapkan sistem pelayanan yang optimal.

Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Fachmi Idris menjelaskan bahwa seperti halnya negara-negara di dunia, Indonesia sedang memasuki periode ageing population. Kondisi tersebut berarti populasi penduduk lansia meningkat secara progresif atau signifikan.

Berdasarkan Sensus Sosial Ekonomi Nasional 1 (Susenas), pada 2015 jumlah lansia mencapai 21,72 juta jiwa atau 8,43 persen dari jumlah penduduk. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa pada tahun ini jumlah lansia akan mencapai 27,09 juta jiwa atau 9,99 persen dari total penduduk.

Penambahan populasi usia tua itu terus berlanjut, mengacu kepada proyeksi BPS bahwa pada 2035 lansia akan mencapai 48,20 juta jiwa atau 15,77 persen dari jumlah penduduk. Pada 2050, jumlahnya lebih banyak lagi, yakni berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, penduduk lansia akan mencapai 61,7 juta atau 19,2 persen dari jumlah penduduk.

Fachmi menilai bahwa kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bertambahnya populasi penduduk usia tua sejalan dengan risiko kesehatannya, yang akan menjadi tanggungan BPJS Kesehatan selaku penyelenggara jaminan sosial kesehatan.

“Risiko akan penyakit kronik degeneratif dalam usia tersebut sangat tinggi,” ujar Fachmi pada Kamis (10/12/2020).

Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Kementerian Kesehatan mencatat penyakit-penyakit kronik degeneratif yang paling banyak menjangkit lansia adalah hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes melitus, kanker, penyakit jantung koroner, batu ginjal, gagal ginjal, dan gagal jantung.

Menurut Fachmi, berdasarkan kecenderungannya, prevalensi penyakit-penyakit itu akan semakin meningkat saat usia penduduk terus bertambah. Kondisi itu menjadi tantangan bagi pelaksanaan jaminan sosial secara global, yakni perlu adanya pengembangan layanan kesehatan dan perawatan sosial jangka panjang (PJP) atau long term care (LTC) yang berkelanjutan.

"Pentingnya LTC bagi lansia adalah untuk mempertahankan tingkat kemandirian, mengurangi ketergantungan, mencegah komplikasi penyakit atau disabilitas, mencegah kecelakaan, menjaga harga diri dan kualitas hidup, mengurangi rasa sakit, serta merasa bermartabat," jelas Fachmi.

Isu ageing population menjadi pembahasan penyelenggara jaminan sosial dari berbagai negara dalam acara International Social Security Association (ISSA), Rabu (9/12/2020).

Komisi Kesehatan ISSA (TC Health) mengusung prioritas pembahasan terkait fenomena ageing population, tantangan perluasan cakupan jaminan sosial dan kompilasi studi terkait hubungan antara Universal Health Coverage (UHC) dengan peningkatan Kohesi Sosial dan Inklusi Sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper