Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA: Perilaku Finansial Nasabah Berubah, Banyak Membeli Asuransi

Senior Executive Vice President Wealth Management BCA Christine Setyabudhi menjelaskan bahwa pihaknya menggelar survei kepada sekitar 1.800 nasabah mengenai perilaku finansial (financial behaviour). Dari sana ditemukan bahwa terjadi perubahan perilaku finansial selama masa pandemi Covid-19.
Nasabah melakukan transaksi di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Nasabah melakukan transaksi di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA menemukan adanya perubahan perilaku finansial nasabah selama masa pandemi virus corona, yakni tingginya animo untuk membeli asuransi melebihi minat untuk menyimpan uangnya di rekening bank.

Senior Executive Vice President Wealth Management BCA Christine Setyabudhi menjelaskan bahwa pihaknya menggelar survei kepada sekitar 1.800 nasabah mengenai perilaku finansial (financial behaviour). Dari sana ditemukan bahwa terjadi perubahan perilaku finansial selama masa pandemi Covid-19.

"Kami pikir [nasabah akan lebih banyak menabung], ternyata paling tinggi adalah membeli polis asuransi kesehatan, yakni 18 persen," ujar Christine pada Selasa (15/12/2020).

Setelah itu, sebanyak 15 persen responden menyatakan akan membeli produk investasi, disusul oleh 13 persen responden yang memilih asuransi jiwa untuk perlindungannya. Dengan temuan tersebut, maka 31 persen responden menunjukkan adanya kebutuhan terhadap asuransi selama masa pandemi Covid-19.

"31 persen menyatakan asuransi itu sangat penting. Di satu sisi mereka menunda konsumsinya, kredit pun berkurang, hal ini semakin memperkuat keyakinan kami bahwa nasabah memerlukan proteksi," ujar Christine.

Sementara itu, Chief of Partnership Distribution PT AIA Financial Phung Magdalena menjelaskan bahwa kebutuhan asuransi tercermin dari adanya kekhawatiran masyarakat terhadap beban biaya kesehatan. Terlebih, risiko penyakit kritis memerlukan biaya perawatan yang tak sedikit.

Berdasarkan riset AIA Segmentation Study 2019, 68 persen masyarakat Indonesia menyatakan khawatir tidak mampu menanggung biaya perawatan untuk penyakit kritis. Lalu, 69 persen masyarakat merasa khawatir akan penurunan standar hidup jika terdiagnosa penyakit kritis karena biaya pengobatan yang tinggi.

Adapun, berdasarkan survey BPS pada 2016, persiapan biaya kesehatan belum menjadi prioritas utama pengeluaran per bulan bagi masyarakat Indonesia. Porsi biaya kesehatan hanya mencapai 2,40 persen dari penghasilan, padahal idealnya minimal 10 persen dari penghasilan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper