Bisnis.com, JAKARTA - Penggabungan perbankan syariah milik BUMN menjadi PT Bank Syariah Tbk. (BRIS) diharapkan dapat membawa angin segar bagi startup teknologi finansial (fintech) syariah.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Ronald Yusuf Wijaya mengharapkan bank syariah hasil peleburan yang digadang-gadang menjadi bank syariah terbesar di Indonesia, akan mampu berdampak pada kemudahan meraih pendanaan bagi startup fintech syariah. Hal itu disampaikan Ronald karena mempertimbangkan pengalamannya saat bertemu para investor atau perusahaan modal ventura.
"Biasanya ada dua yang jadi sorotan. Pertama, mereka masih melihat rasio ekonomi syariah Indonesia masih kecil sekali. Jadi dianggapnya market-nya kecil dan kurang menarik. Kedua, ketika melihat potensinya berdasarkan kesiapan infrastruktur, untuk mengukur seperapa cepat kita bisa scale-up," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (12/1/2021).
Ronald yang juga Direktur Utama PT Ethis Fintek Indonesia (Ethis) menilai platform fintech yang murni syariah masih belum bisa memiliki faktor komersial yang menarik bagi para investor ketimbang platform konvensional.
Oleh sebab itu, lewat momentum merger antara PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah, harapannya investor perseorangan (angel investor) dan PMV mulai melirik platform syariah.
"Kita juga memahami, investor punya kepentingan dan pertimbangan bisnis, kapan waktu tepat untuk masuk dan kapan exit untuk mendapatkan profit. Nah, pembentukan bank syariah besar ini kami harap bisa jadi momentum," tambahnya.
Baca Juga
Ronald mengungkap bahwa momen ini pun punya dampak positif bagi perusahaannya, Ethis, sebagai sebuah platform islamic crowdfunding yang bisa mempertemukan pendana (lender) dan peminjam dana (borrower) bukan hanya dari Indonesia.
Inilah kenapa pada 2021, Ethis berani memasang target pertumbuhan penyaluran pinjaman hingga enam kali lipat dan mampu naik kelas dari fintech berstatus terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi fintech berizin OJK.
"Mempertemukan lender dan borrower secara internasional itu misi besar kami. Kita sendiri sudah punya jaringan platform beroperasi di Dubai dan Malaysia. Di Indonesia, kita coba bangkit dari dampak pandemi kemarin, di mana penyaluran kita hanya Rp30 miliar selama 2020, targetnya menjadi Rp180 miliar di tahun ini," tutupnya.