Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bizhare Siap Luncurkan Fitur Perdagangan Efek UMKM

Lewat revisi aturan terbaru, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan lampu hijau bagi para pelaku ECF untuk mengakomodasi secondary market bagi para pemodalnya.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - PT Investasi Digital Nusantara atau Bizhare menyatakan akan segera meluncurkan fitur perdagangan efek usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lewat platform pasar sekunder.

Seperti diketahui, sebelumnya teknologi finansial urun dana atau equity crowdfunding (fintech ECF) merupakan platform penerbitan saham dari UMKM atau startup selaku 'penerbit', yang ditawarkan secara digital kepada investor urun dana yang kemudian disebut 'pemodal'.

Lewat revisi aturan terbaru, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan lampu hijau bagi para pelaku ECF untuk mengakomodasi secondary market bagi para pemodalnya.

Founder sekaligus CEO Bizhare Heinrich Vincent mengungkap bahwa pihaknya merencanakan pembukaan fitur pasar sekunder pada kisaran kuartal I/2021. 

"Bizhare sendiri telah mempersiapkan fitur secondary market sejak pertengahan tahun 2020 dan sedang menunggu koordinasi akhir dengan Kustodian Sentral Efek Indonesia [KSEI], dalam hal distribusi saham penerbit yang akan diperdagangkan melalui platform Bizhare," ungkap Vincent kepada Bisnis, Jumat (22/1/2021).

Vincent menjelaskan bahwa pasar sekunder menjadi fitur yang sangat penting bagi pengguna platform ECF. Metodenya pun mirip bursa efek, sehingga bisa menjadi platform belajar bagi pemodal pemula, tak terkecuali bagi yang sudah akrab dengan bursa.

Dari sisi pemodal, investasi ke saham besutan UMKM menjadi lebih likuid dari sebelumnya karena diakomodasi dengan exit strategy.

Adapun, dari sisi UMKM/startup selaku penerbit, mereka bisa melakukan strategi buyback saham mereka sendiri yang dijual para pemodal di pasar sekunder, uang bisa berpengaruh untuk mengurangi pembagian dividen ke luar.

Menurut Vincent, salah satu tantangan yang dihadapi para platform di antaranya terkait integrasi data dengan bank kustodian dan KSEI, terkait kepemilikan efek para pemodal dan penerbit yang sudah lama bergabung dalam ekosistem Bizhare.

"Ini untuk migrasi saham dari warkat menuju scriptless, terutama untuk penerbit yang sudah cukup lama menawarkan sahamnya di Bizhare. Hal ini dikarenakan harus adanya penyesuaian kelengkapan data untuk pemodal tersebut dengan ketentuan dari KSEI," jelasnya.

Selain itu, Vincent menjelaskan ada beberapa sinkronisasi data kependudukan yang terkadang terdapat inkonsistensi dengan data di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, sehingga perlu validasi lebih lanjut. Vincent optimistis fitur baru ini mampu mendorong makin banyak masyarakat tertarik berinvestasi lewat fintech ECF.

Selain pasar sekunder, tahun ini Bizhare juga berencana menggelar perluasan layanan menjadi Securities Crowdfunding yang mengakomodasi penerbitan Obligasi/Sukuk, serta meluncurkan aplikasi mobile untuk melengkapi platform web-based yang sudah ada yang diharapkan akan membuat pengguna lebih nyaman dan makin percaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper