Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berhasil menembus total aset Rp1.500 triliun per Desember 2020.
Dengan jumlah aset tersebut, BRI masih berada di peringkat teratas perbankan nasional. Adapun, urutan kedua aset terbesar berikutnya yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebesar Rp1.429,33 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan aset perseroan masih mampu tumbuh positif di tengah tantangan yang luar biasa akibat Covid-19. Total aset tumbuh 6,7 persen secara tahunan pada 2020.
"Sehingga aset BRI Grup untuk pertama kali tembus di atas Rp1.500 triliun, tepatnya adalah Rp1.511 triliun," paparnya dalam rapat dengan Komisi XI DPR, dikutip Rabu (3/2/2021).
Jumlah aset tersebut didominasi oleh kredit yang tumbuh 3,9 persen menjadi Rp938 triliun. Pertumbuhan kredit BRI di atas angka perbankan nasional yang tumbuh minus 2,42 persen dan Himbara, yang tumbuh 0,63 persen.
Sunarso menyampaikan kondisi pandemi saat ini sangat menantang, sehingga fokus perseroan nantinya untuk menumbuhkan kredit. Sebab, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit, begitu pula sebaliknya.
Adapun pendanaan masih tumbuh 9,8 persen menjadi Rp1.121 triliun, dengan porsi dana murah yaitu 59,67 persen.
"Seluruh aset itu kami kelola dengan sangat hati-hati melalui program restrukturisasi. Kemudian menghasilkan NPL 2,99 persen dan ini adalah hal yang baik karena secara industri terutama di November masih di atas 3 persen dan kami cukup kuat mencadangkan sehingga NPL netto kami di bawah 1 persen, yaitu 0,87 persen," imbuhnya.
Sunarso menyebut rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) sebesar 83,7 persen yang mencerminkan kondisi likuiditas perbankan, khususnya BRI sangat baik dan sangat memungkinkan untuk tumbuh sepanjang ada permintaan kredit.
Dia mengatakan LDR yang optimal berada di level 90-92 persen. Dengan demikian, tantangan BRI saat ini bukan mencari likuiditas, tetapi menyalurkan likuiditas dalam bentuk kredit.
"Semua kondisi kami manage dengan sangat hati-hati, termasuk juga pencadangan jangan sampai yang kami restrukturisasi jatuh menajdi NPL dan kemudian kekurangan cadangan. Maka sebagin besar yang paling tinggi meningkat adalah biaya pencandangan yang mengenai laba," terang Sunarso.
Adapun, BBRI membukukan laba per Desember 2020 Rp18,66 triliun. Jumlah tersebut terkoreksi 45,8 persen secara tahunan.