Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Holding Ultra Mikro Bakal Mempermudah Mitigasi Risiko Kredit

Mitigasi risiko yang lebih baik dan lebih mudah itu karena data yang dimiliki ketiga BUMN itu semakin sinkron, salah satunya menyangkut profil risiko nasabah.
Kantor pusat Bank Rakyat Indonesia/Dok. BRI
Kantor pusat Bank Rakyat Indonesia/Dok. BRI

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan rencana pembentukan induk usaha atau holding usaha ultra mikro tiga BUMN yakni PT Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dalam naungan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan memudahkan mitigasi risiko kredit.

"Mitigasi risiko jauh lebih baik dibandingkan masing-masing perusahaan," katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (11/2/2021).

Menurut dia, mitigasi risiko yang lebih baik dan lebih mudah itu karena data yang dimiliki ketiga BUMN itu semakin sinkron, salah satunya menyangkut profil risiko nasabah.

Dengan risiko yang lebih optimal bisa dimitigasi, lanjut dia, maka pembiayaan kepada usaha mikro diharapkan juga akan semakin cepat.

Tak hanya itu, lanjut dia, setelah konsolidasi ketiga BUMN itu, kemampuan penyaluran kredit kepada usaha mikro akan lebih kuat karena didukung permodalan yang besar.

"Ini akan menurunkan cost of fund yang sebelumnya dimiliki Pegadaian, PNM dan mungkin di BRI sehingga untuk pembiayaan mikro, suku bunga harusnya lebih atraktif,” katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, holding ultra mikro tersebut juga diharapkan berkolaborasi dengan perusahaan teknologi keuangan atau fintech khususnya dalam penyaluran kredit misalnya peer to peer lending (P2P lending).

"Mungkin bisa kolaborasi dan saling melengkapi untuk proses kredit perlu ada kolaborasi dengan fintech, tentunya dengan profil risiko. Jadi ini bisa berkolaborasi atau pengembangan digital harus dipercepat karena orang mau fintech karena prosesnya cepat,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI mengatakan pembentukan holding dilatarbelakangi banyaknya pelaku usaha mikro tidak terlayani lembaga keuangan formal yakni sekitar 65 persen dari 54 juta pelaku usaha atau pekerja segmen ultra mikro.

Padahal jumlah pelaku usaha mikro mendominasi lebih dari 98 persen dari total jumlah pelaku UMKM terbesar usaha besar di Indonesia.

Dengan adanya holding, potensi pendanaan lebih murah dengan target 29 juta usaha ultramikro pada 2024 dari yang saat ini baru mencapai sekitar 15 juta pelaku usaha ultra mikro yang dilayani ketiga BUMN tersebut.

Selain itu, konsolidasi tersebut akan memberikan dampak salah satunya penurunan bunga pinjaman kepada nasabah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper