Bisnis.com, JAKARTA — Terdapat dua kelompok besar pemegang polis Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912, yakni tim merah dan biru. Meski berbeda kelompok, keduanya terbentuk dari satu kejadian yang sama.
Awalnya para pemegang polis Bumiputera belum tergabung dalam perkumpulan berjumlah besar, sebagian di antaranya kerap berkumpul di wilayah yang sama untuk menagih pembayaran klaim. Namun, pada 2019 mulai terbentuk kelompok pemegang polis berskala nasional.
Kala itu, Mantan Direktur Utama Bumiputera Dirman Pardosi meminta sepuluh orang perwakilan nasabah untuk berdiskusi dengannya. Tak lama berselang, terpilih sepuluh nama pemegang polis dari sejumlah wilayah, salah satunya adalah Fien Mangiri yang mewakili nasabah di sekitar Ibu Kota.
Menurut Fien, pertemuan itu tak berbuah seperti yang diharapkan, Dirman gagal dalam fit and proper test sehingga mengundurkan diri dari jabatannya. Para pemegang polis pun merasa kecewa atas batalnya diskusi dengan manajemen, sehingga mereka sepakat membentuk kelompok dalam skala besar.
"Kami yang sepuluh orang katakanlah sakit hati, bikin grup. Kami mau bikin tingkat nasional," ujar Fien kepada Bisnis, Minggu (28/2/2021).
Dalam perjalanannya, kelompok itu aktif menjaring para pemegang polis yang senasib sepenanggungan, yakni yang tidak mendapatkan kejelasan pembayaran klaim dari Bumiputera. Ribuan pemegang polis dari seluruh Indonesia berjejaring melalui media sosial, juga aktif berbagi informasi melalui koordinator wilayah atau pusat.
Namun, semakin banyak kepala sejalan dengan makin banyaknya pendapat. Fien dan sebagian nasabah menghendaki agar kelompok itu mengadvokasi para pemegang polis yang sudah jatuh tempo, atau dananya belum cair setelah 30 hari dari batas waktu.
Di sisi lain, Yayat Supriyatna dan sebagian nasabah lainnya ingin agar kelompok itu mengakomodir seluruh pemegang polis, baik yang masih aktif maupun jatuh tempo, sehingga terbagilah kelompok itu menjadi dua.
Para pemegang polis yang berpandangan seperti Fien pun membentuk kelompok baru bernama Nasabah Korban Gagal Bayar Bumiputera. Mereka selalu menggunakan kaos berwarna biru saat melakukan aksi unjuk rasa dan mendatangi Bumiputera atau OJK, sehingga kelompok ini kerap dikenal sebagai tim biru.
Adapun, para pemegang polis dengan kesamaan pandangan seperti Yayat menamai kelompoknya Koordinator Nasional (Kornas) Perkumpulan Pemegang Polis Bumiputera Indonesia. Kedua kelompok ini berpusat di Jabodetabek tetapi memiliki anggota dan jejaring perwakilan di berbagai wilayah.
"Awalnya kelompok biru itu mengkoordinir nasabah di Jabodetabek, mereka dari Kornas. Namun mereka ingin anggotanya dapat memberikan dokumen yang lengkap [menunjukkan telah jatuh tempo], saya juga tidak tahu persyaratannya apa, akhirnya kami tahu dia [Fien] berjuang sendiri [berpisah dan membentuk tim biru]," ujar Yayat kepada Bisnis, Minggu (28/2/2021).
Kedua kelompok kerap melakukan aksi dan orasi dalam waktu dan tempat yang berbeda. Tim biru pun menyatakan akan fokus menagih pembayaram klaim, sementara itu tim merah menyatakan bahwa pembayaran klaim bukan lagi menjadi prioritas utama melainkan rekonsiliasi penyehatan manajemen Bumiputera.
"Kenapa rekonsiliasi manajemen? Bagaimana mau dibayar klaimnya, duitnya dari mana, enggak ada, selama manajemen belum sehat tidak akan bisa membayarkan klaim. Yang jelas OJK menyaratkan penyehatan dulu manajemen, di situ Kornas masuk karena kalau diam saja tidak akan pernah ada pencairan klaim," ujar Yayat.