Bisnis.com, JAKARTA - Kendati dibombardir segmen mobil baru berharga miring akibat subsidi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), pasar pembiayaan mobil bekas masih punya harapan.
Salah satunya, PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) yang merupakan salah satu pemain utama segmen kredit mobil bekas, dengan proporsi hingga 71 persen dari total portofolio piutang pembiayaan. Adapun, segmen lainnya, yaitu alat berat dan mesin, motor bekas, kendaraan baru, dan properti.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengungkap tak terlalu khawatir mengenai dampak kebijakan subsidi PPnBM mobil baru yang bakal menghambat laju pembiayaan mobil bekas.
"Justru kedua segmen [baru dan bekas] akan sama-sama naik, apabila kondisi ekonomi dan kepercayaan publik soal meredanya pandemi terus membaik," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (8/4/2021).
Pembiayaan mobil bekas BFI Finance memiliki pasar tersendiri, dengan jenis mobil lawas tertentu yang masih diminati. Terutama, mobil-mobil keluaran lama yang dahulu sudah terkena PPnBM 10-20 persen dari dasar pengenaan pajak atau harga beli diler dari pabrikan.
Sekadar informasi, jenis mobil yang terkena PPnBM 10 persen merupakan mobil penumpang selain sedan atau station wagon, dengan sistem penggerak 4x2, dan kapasitas kurang dari 1500 cc.
Sementara yang terkena 20 persen, yaitu mobil penumpang selain sedan atau station wagon, dengan sistem satu gardan penggerak 4x2, dengan kapasitas isi silinder 1500 cc sampai dengan 2500 cc.
"Jadi, buat BFI Finance sejauh ini tidak ada dampak negatif, dan selama kuartal I/2021 penyaluran pembiayaan justru mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dibanding kuartal IV/2020, yaitu 30 persen," tambah Sudjono.
Menurut Sudjono, perusahaan pembiayaan yang paling terdampak sisi negatif subsidi PPnBM, justru mereka yang sebelumnya berani menggenjot pembiayaan mobil baru dengan uang muka (down payment/DP) murah.
Hal ini karena secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan perusahaan akibat nilai pembiayaan lebih besar dari harga kendaraan barunya, sehingga potensi kredit macet akan bertambah apabila konsumen tidak mau melanjutkan pembiayaan dan mengembalikan unit yang dibiayai.
Sebagai gambaran, piutang pembiayaan bersih perusahaan pembiayaan (multifinance) berkode emiten BFIN ini ditutup di Rp12,70 triliun per 31 Desember 2020, dan masih mampu membukukan laba bersih senilai Rp701,59 miliar atau hanya terkoreksi sebesar 1,4 persen ketimbang 2019.
BFIN pun perlahan bangkit dari pandemi setelah sebelumnya terpuruk dengan penyaluran pembiayaan baru anjlok hanya di angka Rp57 miliar pada kuartal II/2020. Kinerja kembali membaik dan mencapai Rp1,3 triliun pada kuartal III/2020, kemudian berlanjut ke kisaran Rp2 triliun pada kuartal IV/2020.