Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Bekas dan Alat Berat Topang Pertumbuhan BFI Finance

Porsi pembiayaan paling besar pada periode ini ditopang pembiayaan mobil bekas sebesar 72,1 persen, disusul alat berat dan mesin sebesar 13,9 persen, pembiayaan motor bekas 9,1 persen, serta pembiayaan mobil baru sebesar 1,9 persen.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) mengungkap beberapa sentimen positif telah mengerek kinerja keuangan pada kuartal I/2021.

Sudjono, Finance Director BFI Finance menjelaskan bahwa penyaluran pembiayaan baru (booking) Perusahaan tercatat meningkat 35,3 persen sebesar Rp2,93 triliun dibandingkan booking pada kuartal IV/2020.

Peningkatan nilai ini pun turut mengerek kenaikan laba bersih sebesar 26,8 persen menjadi Rp230 miliar dibandingkan triwulan IV/2020.

"Peningkatan penyaluran pembiayaan ini menandakan ekonomi masyarakat mulai bergerak. Titik jenuh masyarakat untuk melawan dan bangkit dengan pola hidup yang baru semakin besar. Namun demikian, perhitungan terhadap semua risiko tetap kami lakukan secara cermat untuk menjaga kinerja Perusahaan yang sehat," ujar Sudjono, ketika dikonfirmasi, Minggu (25/4/2021).

Sebagai gambaran, piutang pembiayaan bersih multifinance berkode emiten BFIN ini ditutup di Rp12,70 triliun per 31 Desember 2020, dan masih mampu membukukan laba bersih senilai Rp701,59 miliar atau hanya terkoreksi sebesar 1,4 persen (year-on-year/yoy) ketimbang 2019.

BFIN pun perlahan bangkit dari pandemi setelah sebelumnya terpuruk dengan penyaluran pembiayaan baru anjlok hanya di angka Rp57 miliar pada Q2/2020, dan mulai membaik dengan mencapai Rp1,3 triliun pada Q3/2020, kemudian berlanjut ke kisaran Rp2 triliun pada Q4/2020.

Sudjono menjelaskan bahwa terkini, BFI Finance sudah membuka semua lini produk pembiayaannya, namun tetap menerapkan prinsip kehati-hatian mengingat perekonomian belum sepenuhnya stabil.

Pendapatan Bersih Perusahaan turun 1,1 persen secara kurartalan menjadi Rp780 miliar akibat penurunan rata-rata saldo piutang dan penurunan selisih bunga bersih.

Porsi pembiayaan paling besar pada periode ini ditopang pembiayaan mobil bekas sebesar 72,1 persen, disusul alat berat dan mesin sebesar 13,9 persen, pembiayaan motor bekas 9,1 persen, serta pembiayaan mobil baru sebesar 1,9 persen.

Sedangkan property backed financing atau embiayaan agunan properti dan produk lini pembiayaan lainnya menyumbangkan 3 persen dari total piutang pembiayaan dikelola terkini, senilai Rp13,6 triliun.

Sudjono menjelaskan selain pembiayaan mobil bekas, alat berat juga menjadi penyumbang portofolio penyaluran kredit cukup besar. Sehingga ke depan BFI Finance menargetkan pembiayaan alat berat mampu mencapai 20 persen portofolio, melihat bahwa sektor konstruksi, pertambangan, agrikultur, dan kehutanan mulai menunjukkan geliat positif meski konservatif.

"Di kuartal II dan seterusnya nanti, kinerja baik ini akan terus kami pertahankan dan tingkatkan, dengan tetap mengawasi kelolaan risiko manajemen yang ketat karena bisnis pascapandemi akan memiliki tantangan yang berbeda," jelasnya.

Sementara itu, terdapat peningkatan rasio Non-Performing Financing (NPF) secara kuartalan sebesar 55 basis poin
menjadi 2,3 persen dari sebelumnya 1,7 persen, yang terjadi sebagai dampak dari program restrukturisasi di mana terdapat konsumen yang tidak dapat memenuhi komitmen pembayaran angsurannya.

Namun, porsi piutang restrukturisasi per 31 Maret 2021 sendiri telah mencapai Rp3,6 triliun atau 26,5 persen dari Total Piutang yang dikelola. Jumlah ini tercatat menurun dari nilai tertinggi sebesar Rp5,3 triliun yang berada di kuartal III/2020.

"Penurunan saldo piutang yang direstrukturisasi sebesar 32,2 persen tersebut menunjukkan upaya maksimal yang telah dilakukan oleh Perusahaan untuk menangani kontrak restrukturisasi sekaligus memitigasi risiko yang timbul," ujar Sudjono.

Selanjutnya, Perusahaan juga telah mengantisipasi kenaikan NPF tersebut dengan meningkatkan jumlah Cadangan Kerugian Piutang dari 7,1 persen di akhir 2020, menjadi 7,5 persen di kuartal I/2021.

Hal ini membuktikan bahwa Perusahaan tidak pernah lengah dalam menjaga manajemen risiko yang hati-hati dan bijaksana di tengah kondisi saat ini.

"Tingkat cadangan mencapai 3,3 kali besarnya piutang yang bermasalah atau dua kali rata-rata industri, yang berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan [OJK], tercatat sebesar 1,6 kali," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper