Bisnis.com, JAKARTA - Industry and Regional Research Department Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kredit properti berada pada kisaran 6,4-7,8% pada 2021.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan perseroan berpandangan bahwa faktor terpenting yang mendorong pertumbuhan kredit sektor properti adalah kecepatan pemulihan ekonomi sekarang dan prospek ekonomi ke depan.
Kedua faktor ini sangat menentukan consumer confidence yang selanjutnya akan menentukan keputusan belanja rumah tangga termasuk keputusan membeli properti.
Sebagai informasi, kredit pemilikan rumah (KPR) adalah sumber pembiayaan utama untuk membeli properti residensial dengan proporsi sebesar 73,7% dari seluruh pembiayaan pada kuartal I 2021.
Adapun, data BCI Asia menunjukkan tren properti perumahan ke depan adalah rumah yang berkonsep terbuka hijau dengan harga yang terjangkau.
"Selain itu, permintaan konsep integrated townships (kota mandiri yang memadukan unsur residensial dan komersial) diperkirakan akan meningkat dan peningkatan permintaan residensial terutama terjadi pada second-tier cities," katanya dalam Laporan Properti, Senin (31/5/2021).
Baca Juga
Adapun, dia memaparkan pertumbuhan KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) meningkat pada Maret 2021. KPR tumbuh 4,3% year on year (yoy) dan KPA tumbuh 2,5%.
Pertumbuhan KPR tertinggi terjadi pada rumah tipe 22-70 yang tercatat sebesar 7,57% yoy pada Maret 2021. Kemudian diikuti oleh KPR untuk rumah tipe besar di atas 70 yang tumbuh sebesar 0,34% yoy. Sebaliknya, KPR untuk rumah tipe kecil mengalami kontraksi sebesar -13,2% yoy pada Maret 2021.
Sementara itu, pertumbuhan KPA tertinggi dialami oleh KPA untuk apartemen tipe kecil yang sebesar 8,75% yoy. Kemudian diikuti oleh KPA untuk apartemen tipe menengah yang sebesar 4,48% yoy. Sebaliknya, KPA tipe apartemen besar mengalami kontraksi sebesar -1,07% pada Maret 2021.
Penjualan properti residensial meningkat. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan penjualan properti residensial tumbuh 13,95% yoy pada kuartal 1 2021, sudah lebih baik dibandingkan dnegan akhir tahun lalu -20,59%.
Kondisi tersebut terjadi karena low base effect, di mana pada kuartal I 2020 penjualan properti residensial kontraksi sebesar -43,19% yoy. Peningkatan penjualan properti residensial pada kuartal I 2021 terjadi pada semua tipe rumah. Peningkatan terbesar terjadi pada rumah tipe menengah tipe 22-70 yakni sebesar 25,86% yoy.
Kemudian diikuti oleh rumah tipe kecil sebesar 9,69% yoy dan rumah tipe besar sebesar 6,95% yoy. Sebaliknya, pertumbuhan harga properti residensial melambat.
Hasil SHPR menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial pada kuartal I 2021 sebesar 1,35% yoy, melambat dibandingkan kuartal IV 2020 yang tumbuh sebesar 1,43% yoy, dan kuartal I 2020 yang sebesar 1,68% yoy. Survei BI juga memperkirakan pertumbuhan harga properti tersebut masih akan melambat pada kuartal 2-2021, yaitu hanya tumbuh sebesar 1,1% yoy.
Sebagai tambahan, pertumbuhan harga rumah tertinggi terjadi di rumah tipe kecil yang sebesar 1,78% yoy pada kuartal I 2021. Kemudian diikuti oleh rumah tipe menengah yang sebesar 1,46% yoy dan rumah tipe besar yang tercatat 0,83% yoy.