Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) optimistis penambahan pencadangan untuk aset bermasalah pada tahun 2021 tidak akan setinggi tahun 2020.
Corporate Secretary Bank BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan hingga akhir kuartal I 2021, BRI telah menyiapkan pencadangan untuk kredit bermasalah (NPL Coverage) di kisaran 250,60 persen.
"Pencadangan yang ditetapkan BRI dialokasikan dengan komposisi terbaik, di mana hingga akhir tahun kami proyeksikan pencadangan ini tidak akan setinggi tahun 2020 lalu dengan asumsi kondisi ekonomi yang kian membaik," ujar Aestika ketika dihubungi Bisnis, akhir pekan lalu.
Aestika menambahkan, sesuai dengan survei BRI Micro & SME Index, BRI optimistis bahwa kedepan kondisi ekonomi akan berangsur membaik.
"Hal tersebut disebabkan oleh faktor normalisasi kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, serta program vaksinasi yang tengah gencar dilakukan oleh pemerintah," sebutnya.
Sebelumnya BRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp6,86 triliun pada periode kuartal pertama tahun ini. Capaian ini sedikit lebih rendah dari perolehan laba di periode yang sama sebelumnya sebesar Rp8,16 triliun.
Meski demikian, di tengah kondisi ekonomi nasional yang tengah berjuang untuk pulih, BRI berhasil mempertahankan kinerja positif.
Kredit mikro BRI tercatat tumbuh 12,43 persen sehingga secara konsolidasian BRI berhasil mencetak laba senilai Rp6,86 triliun pada akhir kuartal I 2021.
Adapun, hingga akhir Maret 2021 penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp914,19 triliun. Penopang utama pertumbuhan kredit BRI yakni kredit mikro sebesar Rp 360,03 triliun atau tumbuh 12,43 persen secara year on year (yoy) dan kredit konsumer yang tumbuh 1,62 persen yoy menjadi Rp145,06 triliun.