Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) masih akan mempertimbangkan beberapa faktor dalam memutuskan kebijakan suku bunga acuan, salah satunya tingkat inflasi.
“Suku bunga rendah dan likuiditas tetap longgar akan dijaga sampai kami melihat ada tanda-tanda inflasi, yang paling cepat baru akan terjadi pada awal tahun depan,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Kamis (17/6/2021).
Namun, kebijakan suku bunga kata Perry akan menjadi opsi terakhir. BI terlebih dahulu akan melakukan tapering off atau pengurangan pembelian SBN.
Pada Rapat Dewan Gubernur 16 dan 17 Juni 2021, BI kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memperkirakan the Fed akan mulai menaikkan suku bunga pada kuartal II/2022.
Menurutnya hal ini perlu direspon cepat oleh BI, dengan menaikkan suku bunga acuan sebelum the Fed atau tepat setelah bank sentral Amerika Serikat itu melakukan tapering off.
Baca Juga
“Kalau keduluan, maka net interest margin keburu mengecil dan mendorong modal asing keluar. BI harus memberikan confident kepada pasar,” katanya kepada Bisnis, Kamis (17/6/2021).
Piter juga memperkirakan tapering off oleh The Fed paling cepat dilakukan pada kuartal I/2022. Tapering akan terjadi ketika proses pemulihan ekonomi di AS tidak terganggu, serta didorong oleh tingkat inflasi yang tinggi dan tingkat pengangguran mulai menurun.
“Apabila perekonomian mereka dirasa belum pulih, pengangguran masih tinggi sementara inflasi justru menurun, saya perkirakan The Fed belum akan melakukan tapering,” jelasnya.
