Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank HSBC Indonesia ikut dalam penyaluran kredit untuk pembuatan Satelit Multifungsi Satria senilai US$545 juta dengan tenor 15,5 tahun.
Global Banking Director PT Bank HSBC Indonesia Riko Tasmaya mengatakan perseroan cukup bangga karena mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyukseskan salah satu proyek strategis nasional.
"Secara keseluruhan, total investasi untuk proyek ini adalah US$545 juta. Tenor pembiayaanya mencapai 15,5 tahun. Kami pun menerapkan suku bunga yang kompetitif. Kami percaya banyak value yang dapat tercipta dari peluncuran Satelit Satria ini," sebutnya, Selasa (22/6/2021).
Riko melanjutkan pembiayaan ini merupakan salah satu program strategis dari perseroan. Terlebih, proyek ini sudah mendapat sertifikasi keberlanjutan sehingga dapat diklasifikasikan pembiayaan berkelanjutan.
Satelit merupakan salah satu infrastruktur yang sangat tepat untuk meningkatkan konektifitas internet tanah air, sehingga memiliki dampak sosial yang tinggi.
Dari sisi mitigasi, Rico menyampaikan proses ini berjalan cukup konservatif. Perseroan bahkan memfokuskan banyak ekspertis finansial untuk dapat memberi layanan keuangan yang cocok bagi pembuatan satelit.
Baca Juga
"Namun, sebenarnya kami juga mempunyai banyak pengalaman dari peluncuran satelit-satelit sebelumnya," sebutnya.
Adapun, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) optimistis Satelit Multifungsi Satria dapat meluncur sebelum 31 Oktober 2023, seiring dengan perkembangan pembuatan satelit yang terus memperlihatkan kemajuan.
Perpanjangan filing satelit 146 Bujur Timur (BT) hingga 31 Oktober 2023 merupakan batas waktu yang sangat cukup untuk proses pembuatan sekaligus peluncuran Satelit Satria.
Direktur Infrastruktur BAKTI Bambang Noegroho memaparkan dengan telah tercapainya kesepakatan finansial, konstruksi diperkirakan akan selesai pada kuartal kedua 2023. "Harapan kami pada 2023, kami sudah dapat meluncurkan KPBU Satria ini," paparnya.
Dia mengklaim, Satelit Satria akan mampu menghemat biaya internet hingga Rp29 triliun dalam kurun 15 tahun. Pemerintah juga akan mampu mengimplementasikan e-government lebih optimal dengan penghemetan biaya sekitar Rp4 triliun dari anggaran.
"Nanti juga kan adan transformasi di ujian nasional yang beban penyelenggaraannya hemat sampai Rp59 triliun selama 15 tahun. Ada juga efisiensi dari penggunaan jaringan rumah sakit yang mencapai Rp59,3 triliun selama 15 tahun," sebutnya.