Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Jago Tbk. (ARTO) masih berhati-hati dalam menyalurkan pinjaman ke nasabah, meski telah mendapatkan tambahan modal sebesar Rp7 triliun dari rights issue II.
Wakil Direktur Utama Bank Jago Arief Harris mengatakan bahwa dana tersebut belum semuanya bisa disalurkan sebagai pinjaman dalam waktu singkat.
“Apalagi, dengan kondisi saat ini, kami sangat berhati-hati untuk menyalurkan pinjaman,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (8/9/2021).
Arief menuturkan bahwa sebagian kelebihan likuiditas dari rights issue II pada April 2021 tersebut ditempatkan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dia menuturkan bahwa hal ini akan dilakukan secara berkala.
“Tentunya ini bukan transaksi yang menyebabkan kerugian karena kalau semisal uangnya hanya kami taruh di kas tanpa disalurkan kepada pinjaman, kami juga tidak akan revenue,” kata Arief.
Baca Juga
Hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp2,17 triliun, tumbuh 695 persen dari posisi yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Jika dihitung secara kuartalan, kredit meningkat 68 persen, dan jika ditarik dari posisi akhir Desember 2020 (year to date/ytd), kredit tumbuh sebesar 139 persen.
Sementara itu, prinsip hati-hati dalam penyaluran kredit tercermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang berada di level 0 persen. Dengan NPL sangat rendah, Bank Jago tidak perlu membentuk pencadangan dalam jumlah besar, sehingga mampu menekan biaya kredit (cost of credit).
Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289 persen (yoy). Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46 persen, perseroan mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423 persen menjadi Rp139 miliar.
Hal itu pun berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289 persen pada semester I/2020 menjadi 129 persen pada paruh pertama 2021. Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1 persen menjadi 5 persen pada kurun waktu yang sama.