Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti Jejak Fed, BI Diproyeksikan Mulai Naikkan Suku Bunga Tahun Depan

Pengetatan likuditas akan memangkas pertumbuhan PDB Indonesia di 2022 menjadi sebesar 4,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari target usulan pemerintah sebesar 5,2 persen (yoy).
Kantor Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis
Kantor Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengikuti langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) untuk menaikkan suku bunga kebijakan dimulai pada 2022.

Menyusul rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada 2022 dan 2023 untuk menaikkan federal funds rate, Samuel Sekuritas memproyeksikan BI akan melakukan hal yang sama yaitu pada 2022 dan 2023.

"Kami memperkirakan Bank Indonesia juga akan mengikuti langkah the Fed dengan menaikan suku bunga kebijakan sebanyak dua kali di 2022 dan tiga kali di 2023," jelas Samuel Sekuritas pada kajian yang dikutip Bisnis, Senin (27/9/2021).

Oleh karena itu, Samuel Sekuritas juga meramal pengetatan likuditas oleh BI akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022. Diperkirakan, pengetatan likuditas akan memangkas pertumbuhan PDB Indonesia di 2022 menjadi sebesar 4,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari target usulan pemerintah sebesar 5,2 persen (yoy).

Adapun, hingga saat ini suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) masih berada di level 3,5 persen, terendah sepanjang sejarah. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI terakhir pada 20-21 September, BI7DRRR ditahan di 3,5 persen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan tingkat inflasi yang rendah.

Di samping itu, BI memandang masih terdapat risiko ketidakpastian yang tinggi di pasar keuangan global, termasuk dengan rencana kebijakan penarikan stimulus atau tapering oleh the Fed.

“Apakah BI tidak pro-growth? Bukan. Seperti yang kami sampaikan berulang kali, seluruh kebijakan BI adalah pro-growth atau mendorong pertumbuhan ekonomi,” tegas Gubernur BI Perry Warjiyo, Selasa (21/9/2021).

Sebelumnya, The Fed telah mengambil posisi kebijakan yang lebih hawkish pada September akibat meningkatnya kekhawatiran para anggota Federal Open Market Committee (FOMC) terhadap melonjaknya inflasi.

The Fed memprediksi inflasi 2021 akan mencapai 4,2 persen yang lebih tinggi daripada proyeksi sebelumnya yaitu 3,4 persen. Maka itu, untuk menurunkan inflasi kembali ke target 2 persen, the Fed akan menerapkan kebijakan tapering selama 8 bulan dari November hingga pertengahan 2022.

Setelah tapering selesai, The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 25 bps untuk menaikkan federal funds rate dari 0,1 persen ke 0,3 persen. The Fed akan menaikkan suku bunga kembali di 2023 dengan target federal funds rate 1 persen. The Fed yakin kebijakan kenaikan suku bunga tidak akan mengganggu pemulihan ekonomi Amerika Serikat di 2022 dan 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper