Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Sales & Distribution PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Anton Sukarna mengatakan perbankan syariah lebih memiliki daya tahan atau resilient dibandingkan perbankan konvensional, terutama di masa pandemi Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan Anton dalam webinar yang bertajuk “Penguatan Keuangan Syariah di Masa Pandemi” pada Rabu (10/6/2021).
“Alhamdulillah kalau kita lihat pertumbuhan perbankan syariah secara aset, secara pembiayaan, serta DPK relatif lebih tinggi, baik di industri secara keseluruhan maupun kalau kita bandingkan secara head-to-head dengan perbankan konvensional,” kata Anton.
Data per Juni 2021 menunjukkan, baik secara aset, kredit atau pembiayaan, dan DPK, pertumbuhan perbankan syariah lebih unggul dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Misalnya saja, aset bank syariah tercatat sebanyak Rp632 triliun atau tumbuh 15,80 persen year-on-year (yoy). Sementara perbankan konvensional hanya tumbuh 8,07 persen yoy menjadi sebesar Rp8.954 triliun.
Dari sisi kredit atau pembiayaan, bank syariah mencatatkan pertumbuhan 7,35 persen yoy menjadi Rp405 triliun, sedangkan bank konvensional mencatatkan pertumbuhan 0,17 persen yoy menjadi Rp5.302 triliun.
Baca Juga
Begitu pula dengan DPK bank syariah yang lebih unggul dengan pertumbuhan 16,54 persen yoy menjadi Rp501 triliun. Sementara bank konvensional tumbuh 10,88 persen yoy menjadi Rp6.586 triliun.
Artinya, lanjut Anton, perbankan syariah juga memiliki kesempatan untuk bertumbuh lebih baik. Namun, hal yang menjadi kendala adalah literasi atau pemahaman masyarakat.
Jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Saudi Arabia yang memiliki porsi sebanyak 63 persen. Indonesia masih tertinggal jauh dari sisi perbankan syariah.
“Kita kurang banyak jumlahnya [dibandingkan dengan bank konvensional], ternyata porsi perbankan syariah di Indonesia masih sangat kecil, hanya 6,59 persen,” ujarnya.