Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat atau Bank Sulselbar menyiapkan dana Rp450 miliar untuk melunasi Obligasi Penawaran Umum Berkelanjutan I tahap II tahun 2016.
Dikutip dari Bursa Efek Indonesia, Senin (11/10/2021), Bank Sulselbar menyiapkan dana untuk pembayaran pokok efek bersifat utang itu kepada para pemegang efek saat jatuh tempo.
“Dana yang disediakan adalah sebesar Rp450 miliar sesuai dengan jumlah pokok efek bersifat utang yang akan jatuh tempo pada tanggal 3 November 2021,” demikian keterangan direksi Bank Sulselbar.
Direksi menyatakan bahwa pemenuhan kewajiban keuangan secara waktu dan tepat jumlah merupakan bentuk komitmen dari manajemen Bank Sulselbar.
Sebagai informasi, Bank Sulselbar membukukan kenaikan laba bersih sebesar 42,4 persen pada semester I/2021 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, menjadi Rp373,21 miliar dari sebelumnya sebesar Rp262,02 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia, perolehan laba Bank Sulselbar tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp799 miliar atau naik 12 persen secara year on year (yoy).
Pada semester I/2021, Bank Sulselbar tercatat menyalurkan kredit senilai Rp19,33 triliun atau tumbuh 7 persen year to date (ytd). Dari sisi penghimpunan dana, total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perseroan pada periode tersebut juga tumbuh menjadi Rp19,67 triliun.
Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan dana murah khususnya giro yang meningkat 74 persen secara ytd menjadi Rp7,46 triliun. Lebih lanjut, total aset perseroan juga meningkat dari sebesar Rp24,83 triliun menjadi Rp27,85 triliun, atau naik 12 persen secara ytd.
Bank Sulselbar juga membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dengan nilai total sebesar Rp199,58 miliar atau naik 33 % (ytd) pada semester I/2021.
Dengan demikian, Bank Sulselbar mampu menekan rasio kredit bermasalah tetap rendah dengan rasio NPL gross turun dari level 1,1 persen pada Juni 2020 menjadi 0,82 persen pada Juni 2021. Begitu juga dengan NPL net turun dari 0,45 persen menjadi 0,21 persen.
Sementara itu, untuk rasio profitabilitas mengalami kenaikan yang ditunjukkan oleh return on assets (ROA) sebesar 3,56 persen naik dari sebelumnya 2,75 persen serta return on asset (ROE) naik dari 15,89 persen menjadi 19,99 persen.