Bisnis.com, JAKARTA – Kredit kendaraan bermotor (KKB) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengalami penurunan sebesar 7,6 persen pada September 2021, meski koreksinya membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Secara bulanan penyaluran kredit sudah mendekati angka normal.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan bahwa KKB memiliki ciri tersendiri. Dia mengatakan secara rerata bulanan permintaan kredit kendaraan cukup baik, terlihat dalam beberapa bulan pada tahun ini telah mendekati Rp2 triliun.
“Namun, jangan lupa, KKB ini lebih short term dari Kredit Pemilikan Rumah [KPR], repayment bulanannya juga tinggi sekitar Rp2 triliun. Jadi, kalau kredit bulan itu kurang dari Rp2 triliun, maka masih tetap negatif,” ujarnya, Kamis (21/10/2021).
Selain itu, ada pula faktor lain yang melintangi kinerja KKB. Pertama adalah krisis semikonduktor atau cip yang melanda hampir seluruh pabrikan otomotif global. Kondisi ini pun membuat kinerja produksi kendaraan bermotor, khususnya mobil sedikit tersendat.
Kedua, penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat pada Juli 2021, juga membuat kapasitas pabrikan dan jumlah shift pekerja industri otomotif berkurang.
“Ini menyebabkan bahwa demand itu tidak terpenuhi dan kalau orang inden beberapa bulan biasanya pembeli mobil tidak mau karena harga tidak terikat,” kata Jahja.
Baca Juga
Menurutnya, beberapa faktor itu sedikit banyak menghalangi akselerasi penyaluran KKB. Meski demikian, Jahja bersyukur bahwa secara rerata bulanan kredit kendaraan telah mendekati sekitar Rp2 triliun. “Kami harap ke depan ini back to normal.”
Di sisi lain, penyaluran kredit baru naik 13,8 persen secara tahunan (yoy), seiring dengan komitmen BCA dalam mendukung pemulihan ekonomi. Dari sisi pendanaan, dana giro dan tabungan (CASA) juga tumbuh 21,0 persen yoy hingga akhir September 2021.
Sejalan dengan kinerja kredit dan pertumbuhan CASA yang positif, BCA mencatatkan laba bersih Rp23,2 triliun pada Januari – September 2021, naik 15,8 persen yoy.
Total kredit BCA tumbuh 4,1 persen yoy menjadi Rp605,9 triliun. Penempatan pada obligasi korporasi juga tumbuh positif 16,1 persen yoy. Secara keseluruhan, portofolio total kredit dan obligasi korporasi meningkat 4,5 persen secara tahunan menjadi Rp630,2 triliun.
Pertumbuhan kredit ditopang oleh membaiknya permintaan pada segmen korporasi dan kredit pemilikan rumah (KPR). Kredit keduanya masing-masing tumbuh 7,1 persen dan 6,5 persen yoy, atau mencapai Rp269,9 triliun serta Rp95,1 triliun.
Pada periode yang sama, kredit komersial dan UKM mencatatkan kenaikan sebesar 1,5 persen yoy menjadi Rp185,4 triliun.
Saldo outstanding kartu kredit juga naik 1,2 persen yoy menjadi Rp13,9 triliun. Secara total, portofolio kredit konsumer membaik dengan catatan kenaikan 2,1 persen yoy atau menjadi Rp144,7 triliun.