Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bank Jago (ARTO) Jelaskan Pendorong Laba di Kuartal III/2021

Pertumbuhan kredit yang solid, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di level sangat rendah, dan efisiensi biaya dana menjadi faktor pendorong laba Bank Jago (ARTO) pada kuartal III/2021.
Direktur Utama Bank Jago, Kharim Indra Gupta Siregar./Bisnis-Rivki Maulana
Direktur Utama Bank Jago, Kharim Indra Gupta Siregar./Bisnis-Rivki Maulana

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jago Tbk. (ARTO) membukukan kinerja positif pada kuartal III/2021. Hal itu tercermin dari perolehan laba bersih sebesar Rp14 miliar, setelah enam tahun terakhir mencatatkan kerugian.

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan pencapaian pada kuartal III/2021 ditopang oleh pertumbuhan kredit yang solid, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di level sangat rendah, dan efisiensi biaya dana berkat peningkatan dana murah (current account saving account/CASA).

Secara rinci, penyaluran kredit hingga akhir September 2021 mencapai Rp3,73 triliun, melonjak 502 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Pertumbuhan kredit terutama terjadi pada kuartal III dengan kenaikan sebesar Rp1,56 triliun dari posisi kuartal sebelumnya (qtq).

“Prosentase kenaikannya terlihat tinggi karena kami berangkat dari baseline yang rendah. Tapi kami melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu. Kami akan menjaga momentum ini dengan terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem digital,” jelas Kharim melalui siaran pers pada Jumat (22/10/2021).

Saat ini aplikasi Jago telah terintegrasi dengan aplikasi reksadana online Bibit.Id dan super app Gojek. Integrasi ini memampukan konsumen untuk mengakses produk dan layanan jasa keuangan secara seamless, mudah, cepat dan aman. Fitur Kantong Jago yang terhubung dengan aplikasi Bibit dan Gojek juga membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih disiplin, inovatif dan kolaboratif.

Selain berkolaborasi dengan Bibit dan Gojek, Jago juga bekerjasama dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan lain berbasis digital. Pola kerjasama pembiayaan (partnership lending) ini memampukan Jago untuk ekspansif namun dengan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (NPL) yang berada di level 0,6 persen.

“Pencapaian ini mengonfirmasi bahwa bisnis model kami sudah tepat. Implementasi konsep kolaborasi dengan ekosistem digital dalam melayani nasabah terbukti membuat kami tumbuh anorganik, efektif, dan cepat,” tambah Kharim.

Pertumbuhan kredit sebesar 502 persen berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478 persen menjadi Rp355 miliar. Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104 persen menjadi Rp38 miliar. Hal ini menghasilkan pendapatan bunga bersih senilai Rp318 miliar, atau tumbuh 640 persen. Net interest margin (NIM) kini berada di angka 6,1 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4 persen.

Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari upaya Jago memperbanyak komposisi dana murah. Hingga akhir September 2021, total dana pihak ketiga mencapai Rp2,54 triliun, tumbuh 564 persen. Dari jumlah tersebut, dana murah atau CASA sebanyak Rp985 miliar, melonjak 1.031 persen. Sedangkan deposito senilai Rp1,6 triliun, meningkat 427 persen.

Kharim menuturkan saat ini proporsi CASA terus membaik. Sebagai pembanding, porsi CASA pada September 2021 mencapai 38,72 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 22,74 persen, atau posisi akhir Juni sebesar 30,21 persen. Pada kurun waktu yang sama, porsi deposito terhadap DPK telah menyusut dari 77,26 persen menjadi 69,79 persen dan kini 61,3 persen.

“Porsi CASA yang terus membesar ini mempengaruhi struktur biaya dana sehingga berdampak positif pada perolehan margin. Peningkatan dana murah ini juga menunjukkan tingkat penerimaan publik yang semakin baik terhadap aplikasi Jago,” katanya.

Pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah dan kemampuan memperbaiki struktur biaya dana, berdampak positif pada perolehan laba bersih (net profit after tax/NPAT) senilai Rp14 miliar. Pencapaian pada kuartal III/2021 ini sekaligus memutus rantai kerugian yang membelit perseroan selama 6 tahun terakhir.

“Meski laba tahun berjalan masih negatif, kami tetap bersyukur atas pencapaian ini. Kami optimistis kinerja kami di masa mendatang akan terus membaik dan Jago akan menjadi bank digital yang profitable serta mampu untuk tumbuh secara berkelanjutan,” tutur Kharim.

Sementara itu, aset Jago mencapai Rp11 triliun per akhir September 2021, tumbuh 536 persen. Adapun permodalan mencapai Rp8 triliun, sangat solid untuk menunjang ekspansi dan rencana bisnis Jago ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Khadijah Shahnaz
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper