Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis dampak dari kebijakan pengetatan stimulus moneter atau tapering oleh The Fed, bank sentral di Amerika Serikat (AS) akan terkendali.
Perry mengatakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi pada periode taper tantrum 2013.
“Kenapa dampaknya ke Indonesia lebih kecil? Karena kondisi Indonesia yang lebih baik, tercermin dari defisit transaksi berjalan yang lebih rendah [dibandingkan periode 2013],” katanya, Rabu (17/10/2021).
Dia memperkirakan kenaikan dari obligasi pemerintah AS atau US Treasury berpotensi mencapai 2,5 persen. Kenaikan tersebut diproyeksi akan terjadi secara bertahap.
Namun demikian, BI mengatakan dampak dari langkah the Fed tersebut ke pasar keuangan domestik tidak akan sebesar taper tantrum pada 2013.
Apalagi, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia diproyeksi hanya sebesar 0,8 persen pada tahun ini, jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode 2013, di mana CAD saat itu mencapai lebih dari 3 persen.
BI, kata Perry, akan terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yaitu dengan langkah kebijakan triple intervention.
“Iya kita harus waspada, iya kita harus memonitor, iya kita harus lakukan antisipasi secara baik, tapi dibandingkan dengan taper tantrum, kita bisa mengatasinya,” tegas Perry.