Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembiayaan Adira Finance (ADMF) Capai Rp18,1 Triliun, Tumbuh 36 Persen

Kinerja positif Adira Finance per September 2021 merupakan buah dari pemulihan perekonomian nasional yang cepat seiring penanganan pandemi Jilid-II yang terbilang efektif.
Karyawan beraktivitas di kantor Adira Finance di Jakarta. Bisnis/Endang Muchtar
Karyawan beraktivitas di kantor Adira Finance di Jakarta. Bisnis/Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance) tetap mencatatkan pertumbuhan penyaluran pembiayaan baru pada kuartal III/2021 kendati sempat terdampak lonjakan kasus Covid-19 dan pembatasan sosial.

Multifinance berkode emiten ADMF ini berhasil mencatatkan total pembiayaan baru sebesar Rp18,1 triliun per September 2021, naik 36 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). 

Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli mengungkap kontribusi utama penyaluran ini berasal dari produk kredit mobil baru yang tumbuh sebesar 55 persen dan kredit motor baru sebesar 34 persen.

Hafid melihat bahwa kinerja ini merupakan buah dari pemulihan perekonomian nasional yang cepat seiring penanganan pandemi Jilid-II yang menurutnya terbilang efektif.

"Bahkan, di Adira Finance sendiri yang secara nasional memiliki hampir 20.000 karyawan sudah zero case. Jadi usaha pemerintah dan vaksinasi terbilang efektif, dan harapannya kondisi ini bertahan walaupun masih waspada," ujarnya Jumat (29/10/2021).

Pemulihan ekonomi ini turut tercermin dari jumlah nasabah yang pinjamannya telah direstrukturisasi sebanyak 831.000 kontrak atau sekitar Rp19 triliun per September 2021, sekitar 85 persen telah mulai membayar kewajiban cicilannya.

Dalam waktu dekat, Hafid menilai sektor otomotif yang berpengaruh besar terhadap industri multifinance bakal lebih baik akibat dorongan insentif pajak bawang mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah yang bertahan sampai akhir tahun.

Terlebih, berdasarkan data asosiasi otomotif, penjualan mobil baru dan sepeda motor baru domestik berhasil tumbuh masing-masing sebesar 69 persen (yoy) dan 31 persen (yoy) menjadi 628.000 unit dan 3,8 juta unit pada akhir kuartal III/2021.

"Saya pikir harusnya bisa tumbuh lebih tinggi lagi. Karena kami dengar industri otomotif sendiri sedang terdampak keterlambatan suplai terutama karena masalah semikonduktor atau chip, jadi produksi tidak bisa full," tambahnya.

Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila menambahkan bahwa posisi pembiayaan ini masih dalam jalur untuk mencapai target pembiayaan baru pada tutup buku 2021 sebesar Rp24 triliun-Rp25 triliun.

"Sebenarnya traksi pertumbuhan sudah ada di pertengahan tahun, tapi sayangnya ada lonjakan pandemi lagi. Terlihat dari kinerja per kuartal kami, masing-masing Rp5,4 triliun di kuartal pertama, Rp6,4 triliun di kuartal kedua, kemudian sedikit turun ke Rp6,2 triliun di kuartal ketiga. Jadi sampai akhir tahun nanti kami percaya bisa membukukan new financing sesuai target," ungkapnya.

Sementara itu, piutang pembiayaan yang dikelola perusahaan tercatat masih menurun sebesar 13 persen (yoy) menjadi Rp39,9 triliun di September 2021 karena rundown portfolio yang masih belum lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan baru.

Dari sisi keuangan, ADMF membukukan pendapatan bunga sebesar Rp6,6 triliun, turun 17 persen (yoy) jika dibandingkan periode sama tahun lalu, terutama karena penurunan piutang pembiayaan.

Sementara itu, beban bunga turun sebesar 25 persen (yoy) menjadi Rp2,2 triliun sejalan adanya penurunan pada jumlah pinjaman. Hasilnya, pendapatan bunga bersih tercatat turun 11 persen (yoy) menjadi Rp4,2 triliun, sementara margin bunga bersih meningkat menjadi 13,1 persen dari 12,1 persen di tahun sebelumnya.

Beban operasional perusahaan naik sebesar 3 persen (yoy) menjadi Rp2,7 triliun, sementara cost of credit menurun sebesar 18 persen (yoy) menjadi Rp1,1 triliun.

Rasio NPF tercatat sebesar 2,8 persen dari piutang yang dikelola pada September 2021, menurun bila dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar 3,0 persen.

Secara keseluruhan, laba bersih Perusahaan setelah pajak dibukukan sebesar Rp753,3 miliar atau masih mengalami penurunan sebesar 7,5 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Terakhir, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) perusahaan masing-masing tercatat menjadi sebesar 3,7 persen dan 12,6 persen dalam sembilan bulan pertama tahun 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper