Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LPEI Tambah Desa Devisa Tenun Gresik Jadi Kawasan Binaan Ekspor

Beberapa pelatihan telah diberikan LPEI untuk membantu para pelaku usaha dalam mengatasi hambatan ekspor antara lain penguatan organisasi, peningkatan kapasitas produksi, prosedur ekspor, perijinan dan sertifikasi serta akses pasar.
Indonesia Eximbank/Bisnis
Indonesia Eximbank/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan khusus pelat merah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menambah kawasan Program Desa Devisa di Wedani, Gresik, Jawa Timur.

Sekadar informasi, program berbasis community development ini merupakan upaya mendorong kemandirian petani/pengrajin/koperasi yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor di suatu kawasan, untuk menciptakan produk berkualitas yang dapat merambah pasar ekspor dunia dan berkelanjutan.

Direktur Eksekutif LPEI D. James Rompas mengungkap bahwa kawasan baru bertajuk Desa Devisa Tenun Gresik yang terealisasi lewat kerja sama dengan Koperasi Wedani Giri Nata ini harapannya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama wanita penenun Desa Wedani.

LPEI mencatat ada kurang-lebih 1.500 penenun yang seluruhnya adalah perempuan, tergabung dalam kelompok penenun Desa Wedani dengan produk unggulan bermodalkan alat tenun bukan mesin, sehingga mampu menghasilkan variasi corak dan mengedepankan kearifan dan unsur budaya setempat.

"Kawasan Desa Devisa akan mendapatkan pendampingan, antara lain konsep desain produk dan citra branding, peningkatan kualitas produk,  pelatihan pemasaran, perluasan akses pasar ekspor, dokumen dan prosedur ekspor, marketing, sampai manajemen koperasi," ujarnya, Selasa (2/11/2021).

Sekadar informasi, sebagai Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, mandat LPEI bukan hanya menyalurkan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi ekspor saja, tetapi juga jasa konsultasi untuk mendukung terciptanya eksportir baru sebagai salah satu upaya peningkatan ekspor nasional.

Desa Devisa Tenun Gresik ini pun telah menambah jajaran Program Desa Devisa yang sejak 2019 hingga 2021 terealisasi di 23 desa, serta 1.274 orang petani/pengrajin yang telah menerima manfaat dari program ini.

Beberapa pelatihan telah diberikan LPEI untuk membantu para pelaku usaha dalam mengatasi hambatan ekspor, antara lain penguatan organisasi, peningkatan kapasitas produksi, prosedur ekspor, perijinan dan sertifikasi serta akses pasar.

Rompas menyebut beberapa kawasan yang telah terealisasi masuk ke dalam program, yaitu Program Desa Devisa Kakao di Jembrana, Bali dengan komoditas unggulan berupa biji kakao fermentasi, dan Desa Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta dengan produk kerajinan ramah lingkungan yang telah mampu melakukan ekspor secara berkelanjutan ke Eropa.

Ada pula Program Desa Devisa Agrowisata Ijen Banyuwangi dan Desa Devisa Kopi Subang yang di tahun 2021 baru diluncurkan. Ke depan, LPEI terus bersinergi membangun desa-desa lain melalui Program Desa Devisa.

Agus Windiarto, Corporate Secretary LPEI menambahkan bahwa program Desa Devisa ini utamanya juga untuk membangun sinergi yang mengedepankan aspek koordinasi antar lembaga.

"LPEI tidak bekerja sendiri, tetapi sinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah, koperasi setempat, antar kementerian lembaga. Kolaborasi sejumlah institusi pusat dan daerah ini juga diharapkan dapat memperkuat program pendampingan yang akan diberikan kedepannya untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper