Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Bank Syariah Lebih Moncer ketimbang Konvensional di Era Pandemi. Kok Bisa?

Data per Juni 2021 menunjukkan, baik secara aset, kredit atau pembiayaan, dan DPK, pertumbuhan perbankan syariah lebih unggul dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja perbankan syariah pada tahun ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Data per Juni 2021 menunjukkan, baik secara aset, kredit atau pembiayaan, dan DPK, pertumbuhan perbankan syariah lebih unggul dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Misalnya saja, aset bank syariah tercatat sebanyak Rp632 triliun atau tumbuh 15,80 persen year-on-year (yoy). Sementara perbankan konvensional hanya tumbuh 8,07 persen yoy menjadi sebesar Rp8.954 triliun.

Dari sisi kredit atau pembiayaan, bank syariah mencatatkan pertumbuhan 7,35 persen yoy menjadi Rp405 triliun, sedangkan bank konvensional mencatatkan pertumbuhan 0,17 persen yoy menjadi Rp5.302 triliun.

Begitu pula dengan DPK bank syariah yang lebih unggul dengan pertumbuhan 16,54 persen yoy menjadi Rp501 triliun. Sementara bank konvensional tumbuh 10,88 persen yoy menjadi Rp6.586 triliun.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Achmad K. Permana membeberkan alasan kinerja perbankan syariah yang melebihi perbankan konvensional, terutama di masa pandemi Covid-19. Permana menyebut, terdapat lima faktor pendorong kinerja bank syariah.

Permana mengatakan, kebijakan Qanun Aceh yang mewajibkan semua bank di Aceh dikonversi menjadi bank syariah menjadi faktor pendorong pertama dalam kinerja bank syariah.

“Pertama, dari Qanun Aceh yang mengharuskan semua menjadi bank syariah, sehingga BSI [Bank Syariah Indonesia] mendapatkan limpahan dari konversi portofolio yang dari Aceh. Itu masih berlangsung sampai sekarang. Itu poin yang pertama,” kata Permana ketika dihubungi Bisnis, Jumat (12/11/2021).

Kedua, adanya hasil gabungan merger dari tiga bank syariah BUMN, yakni BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah yang menjadi Bank Syariah Indonesia (BRIS).

Ketiga, selain kebijakan Qanun Aceh, shariah lifestyle juga menjadi pendorong dari kinerja bank syariah. Menurut Permana, saat ini Islamic lifestyle hingga halal industry semakin menggeliat. Hal inilah yang memicu bank syariah mendapatkan kinerja yang positif.

Keempat, dengan adanya proses merger yang terciptanya Bank Syariah Indonesia juga berdampak pada industri awareness, baik dari sisi market confidence maupun dari para pemegang saham.

Permana menuturkan, hal-hal itulah yang menyebabkan secara umum kinerja perbankan syariah masih tumbuh 2 digit. “Jadi, ada efek positif juga dari BSI merger,” imbuhnya.

Kelima, adanya dukungan dari pemerintah untuk menjadikan syariah itu sebagai hak untuk pertumbuhan industri syariah di dunia dan di Indonesia, salah satunya dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).

“Merger juga merupakan hasil support yang riil dari pemerintah terhadap industri syariah. Jadi, saya pikir itu merupakan faktor kontributor,” ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper