Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Raihan Laba Kuartal III/2021 Menjaga Denyut Bank-bank Syariah

Kinerja Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah terbilang moncer per September 2021. Pencapaian laba yang tumbuh dua digit menunjukkan bukti efisiensi, efektivitas, serta daya tarik bank syariah.
Karyawan Bank Syariah Indonesia menunjukkan uang di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan Bank Syariah Indonesia menunjukkan uang di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah bank syariah mampu menjaga denyut pertumbuhan dengan membukukan laba bersih hingga kuartal III/2021. Prospek cerah pada tahun depan pun menunggu, jika tren positif ini terus berlanjut hingga akhir 2021.

Sampai dengan kuartal III/2021, sejumlah bank syariah mampu mencatatkan laba bersih tahun berjalan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. menjadi bank dengan capaian tertinggi, yakni Rp2,26 triliun. Jumlah itu naik 37,01 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Pertumbuhan laba tersebut tidak terlepas dari proses digitalisasi yang dilakukan perseroan setelah merger penggabungan tiga bank syariah BUMN, yakni BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah.

Raihan cemerlang juga ditorehkan oleh PT Bank BTPN Syariah Tbk. Emiten bank dengan sandi BTPS tersebut mampu membukukan laba bersih sebesar Rp1,09 triliun atau melesat 116 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, Unit Usaha Syariah atau UUS PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) turut mencatatkan pertumbuhan positif hingga akhir September 2021.  Laba bersih UUS BTN naik 26,17 persen yoy dari Rp112,34 miliar menjadi Rp141,74 miliar.

Capaian positif BTN Syariah tidak terlepas dari pertumbuhan bisnis yang stabil. Perseroan mencatat pembiayaan syariah tumbuh 12,27 persen yoy menjadi Rp27,35 triliun.

Adapun PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) juga menjaga laju kinerja UUS. Tercermin dari laba sebelum pajak (PBT) UUS yang naik 21,5 persen menjadi Rp 403 miliar di tengah kondisi pasar yang masih menantang.

Kepala Center of Macroeconomics and Finance INDEF M. Rizal Taufikurahman mengatakan capaian laba yang dibukukan oleh sejumlah bank syariah dan UUS pada kuartal III/2021 menunjukkan bukti efisiensi, efektivitas, serta daya tarik bank syariah.

Rizal berharap pertumbuhan laba dari bank-bank syariah juga mampu berdampak langsung kepada sektor riil. “Harapannya, laba ini merupakan satu transaksi ekonomi yang mampu mendorong perbaikan di sektor riil,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (4/11/2021).

Selain itu, dia percaya apabila bank syariah dan UUS mampu menjaga laju positif tersebut hingga kuartal IV/2021, tak menutup kemungkinan pada tahun depan bank syariah mempunyai daya saing lebih tinggi dan mampu bersaing dengan bank umum.

POTENSI

Keyakinan itu bukannya tanpa landasan. Menurutnya, perbankan syariah memiliki potensi besar yang belum tergali secara optimal, apalagi dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia yang mencapai 229 juta jiwa atau sekitar 87,2 persen dari total populasi.

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai dengan Agustus 2021 total aset perbankan syariah di Indonesia senilai Rp413,9 triliun, atau 4,54 persen dari total aset bank umum konvensional yang mencapai Rp9.108 triliun.

“Jadi, saya memandang jika pada kuartal IV/2021 kepercayaan nasabah pada bank syariah dapat ditingkatkan, saya yakin sekali pertumbuhan UUS akan jauh lebih baik pada tahun depan,” ujar Rizal.

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi juga optimistis bahwa perbankan syariah mampu mencatatkan pertumbuhan secara berkala. Dia menilai ada preferensi kuat dari masyarakat terhadap perbankan syariah sehingga pertumbuhannya sangat pesat.

Dari data perseroan, compound annual growth rate (CAGR) kinerja penghimpunan dana pihak ketiga di industri perbankan syariah Indonesia mencapai 13,8 persen dalam kurun lima tahun terakhir. 

“Selain itu penetrasi aset keuangan syariah di Indonesia masih kecil yaitu sekitar 3 persen dari GDP. Dengan penetrasi ekonomi syariah yang rendah tersebut, memiliki peluang yang sangat besar untuk terus digali,” ujarnya.

Semisal, potensi lebih dari 200 juta nasabah yang memanfaatkan jasa keuangan ritel. Contohnya, untuk keperluan perjalanan umrah, haji, hingga perawatan kesehatan, serta layanan transaksi sosial zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF).

Hery juga menilai ada pula potensi industri halal di Indonesia yang nilainya kurang lebih Rp4.375 triliun. Dari total nilai itu, industri makanan dan minuman halal menyedot porsi senilai Rp2.088 triliun disusul aset keuangan syariah senilai Rp1.438 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper