Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fintech Wealth-Tech Harus Ikut Jaga Gairah Investor Ritel, Ini Caranya

Peran teknologi finansial klaster wealth management (wealth-tech) yang turut mendongrak jumlah investor ritel, harus dibarengi dengan upaya peningkatan literasi. 
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Fintech Society (IFSoc) melihat peran teknologi finansial klaster wealth management (wealth-tech) untuk mendongrak investor ritel harus dibarengi dengan upaya peningkatan literasi. 

Steering Committee IFSoc Karaniya Dharmasaputra menjelaskan literasi terkait berbagai instrumen investasi diperlukan untuk menjaga keberlanjutan, dalam artian menjaga gairah mereka untuk terus berinvestasi.

Pria yang juga Presiden Direktur PT Visionet Internasional (OVO) sekaligus CEO PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa) ini berharap jangan sampai pertumbuhan investor ritel yang didominasi berasal dari platform wealth-tech, hanyalah jenis investor 'coba-coba', atau justru salah mengelola asetnya akibat keterbatasan pengetahuan sehingga kapok berinvestasi lagi. 

"Hal ini tentunya agar Indonesia memiliki pertumbuhan investor ritel yang berkualitas. Mudah-mudahan upaya ini bisa mengurangi jumlah investor yang cuma ikut-ikutan," ungkap dalam diskusi virtual bertema 'Catatan Akhir Tahun 2021 Industri Fintech', Kamis (9/12/2021). 

Sebagai gambaran, per Oktober 2021 jumlah investor pasar modal di Tanah Air naik ke 6,1 juta dibandingkan akhir 2020 di angka 3,9 juta investor. Sementara reksa dana dan surat berharga negara (SBN) masing-masing naik ke 5,8 juta dan 588 ribu dari sebelumnya 3,2 juta dan 460 ribu. 

Perkembangan digitalisasi pada produk-produk investasi menjadi salah satu pendorong, karena berpengaruh signifikan dari sisi kecepatan dan kemudahan. 

Adapun, pandemi Covid-19 menjadi salah satu pendongkrak tambahan, karena membuat masyarakat punya banyak waktu untuk mencari tahu terkait pengelolaan keuangan, yang pada akhirnya menambah minat berinvestasi ketimbang mengalokasikan pendapatan untuk barang-barang konsumsi. 

Karaniya menyebut upaya peningkatan literasi untuk investor baru di era pandemi ini pun semakin relevan, karena nyatanya dari indeks literasi keuangan Indonesia, literasi berkaitan produk-produk investasi menjadi salah satu yang paling rendah. 

"Inklusi keuangan kita di atas 70 persen, tapi literasi baru 38 persen, dan kalau kita periksa dari komponen pembentuk literasi tersebut, terkait pasar modal yang paling rendah. Artinya, platform wealth-tech harus ikut mengambil peran bukan hanya memberikan akses, tapi juga bersama-sama meningkatkan indeks literasi keuangan, terutama berkaitan pasar modal," tambahnya. 

Adapun, salah satu saran IFSoc untuk regulator, salah satunya terkait dukungan kebijakan agar tercipta kemudahan bagi investor yang saat ini masih harus melakukan e-KYC secara berulang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper