Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Catat! BI Prediksi Kenaikan Federal Funds Rate AS Paling Cepat di Juli 2022

Kebijakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS atau Federal Reserve, sebelumnya sudah diantisipasi menyusul pengumuman pengurangan quantitative easing atau tapering off yang akan dilakukan lebih dini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan Federal Fund Rate (FFR) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) akan dilakukan paling cepat pada Juli 2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kebijakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS atau Federal Reserve, sebelumnya sudah diantisipasi menyusul pengumuman pengurangan quantitative easing atau tapering off yang akan dilakukan lebih dini.

"Prediksi kami paling cepat suku bunga atau Federal Funds Rate Amerika Serikat akan mulai naik di bulan Juli [2022]. Secara umum atau fundamental, yaitu pada triwulan III atau triwulan IV [2022]," jelas Perry pada webinar, Jumat (17/12/2021).

Sebelumnya, pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Perry mengatakan kenaikan suku bunga acuan di Indonesia tidak akan mengacu pada kenaikan FFR. Dia mengatakan kenaikan akan ditentukan dengan melihat perkembangan inflasi dan pertumbuhan ekonomi domestik.

Perry juga mengatakan akan mulai melakukan pengurangan pembelian aset terlebih dahulu sebelum menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR).

"Kita harus bersiap bagaimana kita bisa menstabilkan ekonomi kita untuk merespon [kebijakan tersebut]," kata Perry.

Adapun, normalisasi kebijakan moneter dan fiskal negara maju merupakan salah satu dari lima permasalahan global yang akan dihadapi oleh perekonomian Indonesia pada tahun mendatang.

Empat permasalahan lainnya meliputi scarring effect pandemi terhadap korporasi dan stabilitas sistem keuangan, meluasnya sistem pembayaran digital antarnegara dan risiko aset kripto, semakin kuatnya tuntutan ekonomi-keuangan hijau, dan melebarnya kesenjangan dan perlunya inklusi keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper