Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai dengan pekan pertama Desember 2021, nilai emisi yang dihasilkan emiten perbankan dari Penawaran Umum Terbatas atau rights issue mencapai Rp140,64 triliun.
Berdasarkan laporan statistik pasar modal OJK, dikutip pada Rabu (22/12/2021), total ada 41 aksi rights issue dari berbagai emiten dengan nilai total emisi mencapai Rp177,66 triliun.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 aksi rights issue berasal dari emiten perbankan dengan nilai emisi mencapai Rp140,64 triliun. Artinya, emiten perbankan mendominasi aksi penambahan modal dengan porsi 79,16 persen.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi emiten dengan nilai emisi terbesar, yakni Rp95,92 triliun. Aksi rights issue dilakukan BBRI pada 30 Agustus 2021 dalam rangka pembentukan holding ultramikro bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani.
Sementara itu, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) menjadi emiten perbankan yang paling aktif melaksanakan rights issue. Sepanjang tahun ini, BBYB telah melakukan dua kali penawaran umum terbatas, masing-masing pada 31 Mei dan 18 November 2021.
Pada rights issue pertama, BBYB mengantongi nilai emisi sebesar Rp2,5 triliun, sementara aksi kedua perseroan mendapatkan Rp249,82 miliar. Direksi mengklaim bahwa rights issue BBYB sepanjang tahun ini telah mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.
Baca Juga
“Tahun 2021 ini, Bank Neo Commerce mengalami dua kali oversubscribed pada HMETD IV dan HMETD V,” kata Direktur Utama Bank Neo, Tjandra Gunawan, Rabu (22/12/2021).
Tjandra mengatakan bahwa hal ini menunjukkan tingginya minat masyarakat untuk memiliki saham perseroan. Dia mengklaim capaian tersebut juga membuat modal inti Bank Neo Commerce telah melebihi ketentuan dari OJK.
Pada Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) V, penerbitan saham baru BBYB mengalami oversubscribed hingga 679 juta saham atau setara Rp882,5 miliar.
Sementara itu, jumlah saham yang ditawarkan dalam HMETD V BBYB, yakni sebanyak 1.927.162.193 saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp1.300 per saham. Dengan demikian, jumlah dana yang diterima Bank Neo adalah Rp2,5 triliun.
Tjandra menyatakan right issue perseroan yang mengalami oversubscribed disebabkan oleh tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BBYB dalam 10 bulan terakhir.
"Utamanya setelah perseroan berhasil bertransformasi menjadi bank digital dengan jumlah nasabah terbesar yang hingga pertengahan Desember mencapai 12,7 juta nasabah,” kata Tjandra.
Dia menambahkan, aksi right issue itu juga berhasil menarik para investor baru, sedangkan investor lama tetap berpartisipasi penuh dalam aksi korporasi ini.
Pemegang saham perseroan sampai dengan 14 Desember 2021 antara lain PT Akulaku Silvrr Indonesia dengan kepemilikan sebesar 24,98 persen dan PT Gozco Capital 15,64 persen.
Selain itu, ada Rockcore Financial Technology Co. Ltd yang menggenggam 6,12 persen saham BBYB, Yellow Brick Enterprise Ltd. Sebesar 5,17 persen, dan sisanya pemegang saham publik sebanyak 48,08 persen.