Bisnis.com, Jakarta - Indeks S&P 500 yang kembali mencetak rekor all-time high pada Kamis (23/12/2021) waktu setempat.
Kenaikan pasar saham Amerika Serikat (AS) didukung oleh data positif yang menunjukkan varian Omicron cenderung tidak menyebabkan rawat inap. Selain itu, investor yang agresif berkesempatan meraih cuan karena fenomena Santa Claus Rally pada akhir tahun.
Lantas, apa itu fenomena Santa Claus Rally?
Dikutip dari Investopedia pada Jumat (24/12/2021), Santa Claus Rally atau Reli Sinterklas merupakan istilah yang menggambarkan sebuah fenomena di mana nilai pasar saham cenderung meningkat selama minggu terakhir bulan Desember dan memasuki dua hari perdagangan pertama tahun baru.
Ada sejumlah teori mengapa Santa Claus Rally bisa terjadi, mulai dari pertimbangan pajak hingga investor yang membeli saham dengan bonus liburan mereka.
Salah satu teori yang dipercaya, yakni reli bisa terjadi karena disebabkan adanya optimisme bullish yakni kondisi pasar yang ditunjukkan dengan kepercayaan investor, serta ekspektasi yang kuat mengenai hasil yang maksimal pada periode waktu tertentu.
Selain itu, ada juga dari investor yang memilih berkumpul dan menikmati kebersamaan dengan keluarga atau dari investor ritel yang menginvestasikan bonus liburan mereka.
Ada juga tren kalender yang lebih umum yang disebut 'efek liburan' atau 'efek akhir pekan yang panjang', di mana pasar saham berteori untuk berkinerja lebih baik daripada rata-rata sebelum periode liburan.
Ini bisa jadi karena volume perdagangan yang lebih ringan selama periode ini memudahkan investor bullish untuk menggerakkan pasar.
Santa Clause Rally pertama kali diamati oleh Yale Hirsch dalam versi 1972 dari The Stock Trader's Almanac. Umumnya, nilai pasar meningkat selama tujuh hari penuh. Meski demikian, Reli Sinterklas bisa terjadi jika beberapa hari menghasilkan pengembalian negatif tetapi pengembaliannya secara kumulatif positif selama periode tujuh hari.
Beberapa analis melihat Santa Claus Rally sebagai prediktor kinerja pasar selama setahun penuh berikutnya. Meskipun tidak ada bukti bahwa hubungan seperti itu adalah sesuatu yang di luar kebetulan ketika itu terjadi.
Sementara Reli Sinterklas awalnya diperkirakan hanya berlangsung selama tujuh hari, beberapa analis dan komentator cenderung menggunakan istilah tersebut secara lebih luas untuk merujuk pada periode waktu yang lebih. Bahkan, ada analis yang menetapkan Santa Claus Rally pada seluruh bulan Desember.
Menurut seekingalpha.com dalam historis Reli Santa Claus telah terjadi sebanyak 76 persen antar 1950 hingga 2019. Selain itu, Almanak Pedagang Saham 2019 mengatakan bahwa pasar telah naik rata-rata 1,3 persen selama periode itu.
Namun, selama 10 tahun terakhir dari 2010 hingga 2020, pasar saham hanya melihat Santa Claus Rally rata-rata hanya mencapai sebesar 0,38 persen. Dalam beberapa tahun, pasar saham juga mengalami penurunan tajam pada hari-hari yang bersangkutan.
Sebagai contoh, dari tahun 2014 hingga 2015 indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 3,01 persen dan dari tahun 2015 hingga 2016, indeks tersebut mengalami penurunan sebesar 2,27 persen. Angka-angka tersebut menggambarkan risiko berinvestasi berdasarkan teori kalender seperti Santa Claus Rally.