Bisnis.com, JAKARTA - PT Taspen (Persero) membukukan laba tahun berjalan senilai Rp391,61 miliar (unaudited) sepanjang 2021. Capaian perusahaan pengelola asuransi sosial untuk aparatur sipil negara (ASN) dan pejabat negara tersebut turun 46,46 persen dibandingkan capaian pada 2020.
Direktur Utama Taspen A.N.S. Kosasih mengatakan, penurunan laba tersebut disebabkan adanya peningkatan pembayaran klaim yang signifikan di 2021.
"Klaim naik tinggi sekali, iuran kami tetap segitu-segitu aja. Klaim di 2020 dan 2021 gila-gilaan," ujar Kosasih dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (25/1/2022).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 31 Desember 2021 unaudited, pembayaran manfaat klaim tercatat mencapai Rp16,47 triliun atau naik 19,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp13,79 triliun.
Kosasih menjelaskan, nilai klaim tahun lalu tersebut tidak hanya berasal dari klaim di 2021 saja, tetapi juga klaim-klaim yang terjadi di 2020 yang baru terbayar di 2021.
Menurutnya, tingginya angka klaim disebabkan adanya klaim meninggal akibat Covid-19. Untuk pembayaran klaim terkait Covid-19 tersebut, perseroan juga harus menunggu konfirmasi dari Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Baca Juga
"Meninggal karena Covid itu masuknya dia dapat tunjangan JKK [Jaminan Kecelakaan Kerja], dihitungnya meninggal kecelakaan dalam masa kerja karena dianggap sebagai musibah nasional. Meninggal dalam tugas karena musibah atau wabah disebut tewas. Tewas itu angka klaim jauh lebih tinggi dari meninggal biasa, bisa berkali-kali lipat," jelasnya.
Adapun, premi dan iuran yang dihimpun Taspen sepanjang 2021 mencapai Rp8,63 triliun atau hanya naik 1,05 persen dibandingkan 2020 yang sebesar Rp8,54 triliun.
Dari sisi hasil investasi, perseroan membukukan senilai Rp9,77 triliun sepanjang 2021. Realisasi ini turun 0,61 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp9,83 triliun.
Sementara itu, Taspen mencatatkan kenaikan aset sebesar 6,8 persen dibandingkan 2020. Per 31 Desember 2021, total aset Taspen mencapai Rp306,95 triliun yang dikontribusikan mayoritas dari aset Tabungan Hari Tua (THT) sebesar Rp107,64 triliun dan Dana Akumulasi Iuran Pensiun (AIP) sebesar Rp178,32 triliun, sisanya dari JKK dan JKM, serta entitas anak.
Meski mengelola aset AIP dengan jumlah besar, kata Kosasih, aset tersebut tidak mempengaruhi laba rugi perseroan. Hal ini lantaran aset tersebut merupakan dana yang dititipkan oleh pemerintah dan Taspen hanya mendapat fee dari pengelolaan aset tersebut.
"Kenapa aset besar, kok, labanya biasa aja. Selain kami menanggung cadangan triliunan tiap tahun, sebagian besar dana yang dititipkan ke kami tidak masuk ke laba rugi karena hanya dapat manajemen fee yang jumlahnya kecil," kata Kosasih.