Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyampaikan permintaan kredit terus mengalami perbaikan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas korporasi dan rumah tangga.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit terus melonggar khususnya untuk kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK). Menurutnya, ini seiring dengan menurunnya persepsi risiko kredit.
“Pertumbuhan kredit UMKM juga meningkat didorong oleh meningkatnya permintaan sejalan dengan pemulihan aktivitas dunia usaha serta dukungan program pemerintah,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) secara virtual, Kamis (10/2/2022).
Perry menuturkan bahwa pemulihan kinerja korporasi diperkirakan berlanjut, yang tercermin dari berlanjutnya perbaikan penjualan dan belanja modal (capital expenditure). Adapun, terdapat beberapa sektor menunjukkan kesiapan untuk memenuhi peningkatan permintaan, khususnya sektor komoditas dan manufaktur.
“Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lainnya di sektor keuangan untuk mendorong peningkatan kredit dan pembiayaan perbankan kepada dunia usaha, terutama dari sisi permintaan sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi,” lanjutnya.
Di samping itu, sampai dengan 8 Februari 2022, BI juga telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp10,34 triliun.
Pada Desember 2021, kondisi likuiditas perbankan tetap longgar yang tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi mencapai 35,12 persen serta DPK yang tumbuh sebesar 12,21 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Selain itu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan Desember 2021 tetap tinggi sebesar 25,67 persen dan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap terjaga, yakni 3,00 persen (bruto) dan 0,88 persen (neto).
“Intermediasi perbankan terus membaik dengan pertumbuhan kredit sebesar 5,24 persen yoy pada Desember 2021,” terangnya.