Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terpilih menjadi salah satu bank ACCD (Appointed Cross Currency Dealer) di Indonesia untuk mata uang, mulai dari Malaysia, Thailand, Jepang, dan China.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi melihat inisiatif yang sudah diluncurkan dengan Local Currency Settlement (LCS) sejak 2018 silam, membuat level kepercayaan dari penanganan atau pengelolaan nilai tukar rupiah menjadi semakin membaik.
Volume dan frekuensi transaksi konversi valuta asing (valas) mata uang LCS per currency pair terus mengalami peningkatan sejak 2018 hingga 2021.
Bank Mandiri mencatat, pada 2021, total volume transaksi sudah mencapai US$495,64 juta dengan dengan frekuensi sebesar 5.351 transaksi. Secara year-to-date (ytd) hingga 11 Februari 2021, BMRI mencatat total volume transaksi konversi valas mata uang LCS mencapai US$122,63 juta dengan frekuensi mencapai 895 transaksi
Darmawan mengungkapkan, secara total, volume trade Indonesia di antara negara-negara LCS sudah mengambil porsi sekitar 42 persen.
“Artinya, kalau kita ambil angle dari manfaat LCS ini salah satunya dalam pengelolaan terhadap tekanan nilai tukar rupiah, menurut saya sangat berpotensi untuk kita terus tingkatkan,” kata Darmawan dalam acara Side Event Finance Track G20, Rabu (16/2/2022).
Baca Juga
Selain itu, implementasi dari LCS membuat kemampuan dari perbankan untuk mendukung para pelaku usaha lebih melihat peluang pasar tidak hanya secara domestik, tetapi juga dengan negara-negara yang sudah memiliki LCS tanpa ada kekhawatiran terhadap risiko nilai tukar.
“Kalau kita dukung terus, mungkin komunikasi antar ACCD bisa juga mendukung kira-kira sektor apa yang bisa terus kita kembangkan dalam rangka kita mendukung pertumbuhan bisnis dari pengusaha Indonesia yang berhubungan dengan mitranya di empat negara yang sudah ada LCS,” imbuhnya.
Di samping itu, Darmawan menyatakan bahwa LCS juga akan meningkatkan suplai meski baru secara regional, di mana perseroan meningkatkan volume dari perdagangan para pelaku usaha di Indonesia dengan beberapa negara yang sudah menerapkan LCS.
“Pertumbuhan [LCS] di Bank Mandiri sudah hampir kira-kira 30 persen. Sementara secara volume dari currency among ACCD sudah tumbuh di 2021 sekitar 171 persen dibandingkan tahun 2020. Jadi ini merupakan satu hal yang perlu kita dorong,” ucapnya.
Sementara itu, khusus untuk LCS terhadap perdagangan Jepang-Indonesia, nilai transaksi mengalami peningkatan signifikan di tahun 2021 dengan porsi 0,10 persen di posisi 2020 dan 3,40 persen pada 2021, seiring dengan penyesuaian sistem oleh Bank ACCD.
Adapun, tujuan LCS antara lain untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang, terutama dolar Amerika Serikat (AS), dan mendorong penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan penyelesaian dan investasi.
LCS memiliki sejumlah manfaat bagi pasar keuangan Indonesia. Pertama, ekspansi dan pendalaman mata uang regional. Kedua, diversifikasi dan eksposur mata uang non dolar AS. Ketiga, stabilitas nilai tukar. Keempat, berkurangnya ketergantungan pada mata uang.
Sedangkan manfaat bagi pelanggan antara lain diversifikasi dan eksposur ke mata uang non dolar AS, direct quotation mata uang LCS/Indonesia. Kemudian, relaksasi ambang batas yang mendasari, serta pelanggan dapat membuat akun Jepang, Thailand, Malaysia, dan China.
Terkait relaksasi ambang batas untuk transaksi LCS, untuk setiap transaksi valas di atas US$25.000 per bulan, nasabah harus menyerahkan underlying terkait dengan transaksi tersebut. Namun, ada pengecualian untuk sebagian besar transaksi LCS.